Proyek pertama dikembangkan bersama Zhejiang Huayou Cobalt, produsen kobalt, nikel, dan litium asal Tiongkok, serta Ford Motor Company, perusahaan otomotif multinasional asal Amerika Serikat. Proyek ini berlokasi di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Proyek kedua berada di Sambalagi, Morowali, Sulawesi Tengah, dan dibangun bersama GEM Co., Ltd, perusahaan manufaktur bahan baterai asal Tiongkok. Sementara proyek ketiga, yang juga digarap bersama Zhejiang Huayou Cobalt, terletak di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Director and Chief Project Officer Vale Indonesia, Muhammad Asril, menyatakan bahwa keterlibatan Danantara maupun investor lain dalam proyek-proyek tersebut akan memperkuat basis pendanaan dan mempercepat pembangunan. Ia menekankan komitmen perseroan terhadap penggunaan energi ramah lingkungan pada ketiga proyek smelter untuk mendukung upaya dekarbonisasi.
Asril menjelaskan, sekitar 80 persen kebutuhan energi di smelter nikel Pomalaa dipenuhi melalui heat recovery teknologi untuk menangkap energi panas sisa dari proses produksi agar bisa dimanfaatkan kembali sementara sisanya berasal dari gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG).
Di Sambalagi, Morowali, proyek yang dibangun berada di kawasan industri hijau internasional (international green industrial park), dengan pasokan energi sepenuhnya berasal dari sumber terbarukan seperti heat recovery, panel surya, dan biomassa. “Di Morowali, 100 persen energinya berbasis terbarukan dan tidak menggunakan LNG,” kata Asril.