Suspensi Mobil Terasa Keras? Ini Penyebabnya Meski Shockbreaker Masih Baik

foto/istimewa

sekilas.co – Banyak orang langsung menuding shockbreaker saat mobil terasa “jedug”, memantul, atau bikin pinggang cepat pegal. Wajar saja, karena shockbreaker memang komponen yang paling terkenal. Tapi dalam sistem suspensi, shockbreaker hanyalah salah satu pemain dan sering kali bukan penyebab utama.

Rasa keras pada mobil bisa muncul dari berbagai faktor: ban, bushing, per, bahkan setelan geometri. Bahkan mobil dengan shockbreaker baru pun tetap bisa terasa keras jika ada faktor lain yang menghambat peredaman getaran.

Baca juga:

1. Ban, tekanan angin, dan velg yang membuat karet terasa kaku

Sebelum menyalahkan suspensi, cek dulu ban. Ban adalah “suspensi pertama” karena dindingnya (sidewall) ikut meredam guncangan. Tekanan angin yang terlalu tinggi membuat sidewall kaku, sehingga benturan kecil langsung terasa di kabin.

Ukuran velg juga berpengaruh: velg lebih besar biasanya membuat profil ban lebih tipis, otomatis daya redam berkurang. Ban dengan konstruksi kaku (tipe performance misalnya) juga membuat mobil terasa keras meski suspensi masih oke. Ditambah, ban yang aus atau sudah mengeras karena usia bisa memunculkan sensasi “gebuk” saat melintasi jalan kasar.

Solusi paling mudah dan murah: sesuaikan tekanan angin sesuai rekomendasi pabrikan, dan pastikan ukuran ban/velg tidak terlalu ekstrem.

2. Bushing, link, dan komponen karet yang lelah

Kalau shockbreaker mengontrol pantulan, bushing dan karet suspensi bertugas memutus getaran dan noise agar tidak naik ke bodi. Saat bushing arm, karet stabilizer, atau engine mounting mulai getas atau retak, suspensi kehilangan “lapisan empuk” yang seharusnya menyaring vibrasi.

Efeknya: mobil terasa keras dan kasar, bahkan seperti ada pukulan singkat saat melewati jalan bergelombang kecil. Stabilizer link yang aus bisa menimbulkan bunyi “tek-tek” dan membuat roda terasa tidak halus.

Triknya, komponen ini kadang terlihat baik dari luar, tapi materialnya sudah mengeras, sehingga gejala muncul tanpa ada kebocoran oli pada shockbreaker.

3. Per, top mount, geometri, dan beban

Per (coil spring) menentukan seberapa “berat” suspensi bergerak. Jika per diganti dengan tipe lebih keras, dipotong, atau memakai lowering spring tanpa pasangan yang tepat, mobil akan terasa kaku meski shock masih sehat.

Top mount (mounting shock) juga penting: bearing atau karetnya yang macet/pecah membuat gerak suspensi tidak mulus dan terasa menghentak.

Geometri roda yang tidak tepat misalnya toe dan camber melenceng bisa membuat roda “melawan” permukaan jalan sehingga muncul rasa keras dan getaran. Beban juga sering terlupakan: mobil yang sering membawa muatan berat, aksesori di atap, atau pelek-ban lebih berat, meningkatkan unsprung weight sehingga guncangan lebih terasa. Bahkan bumper suspensi (bump stop) yang sudah menua bisa membuat suspensi cepat mentok, terasa keras seperti “pukul” di akhir langkah.

Kesimpulan: suspensi keras belum tentu shockbreaker rusak. Mulailah dari yang paling mudah: cek tekanan dan profil ban, lalu inspeksi bushing/link/mounting, baru menilai per, geometri, dan beban. Dengan urutan ini, biaya bisa lebih hemat dan biang masalah lebih cepat ketemu.

Artikel Terkait