sekilas.co – Dokter Spesialis Neurologi Subspesialis Neurovaskular, Intervensi, Otologi Pencitraan, dan Oftalmologi, dr. Bambang Tri Prasetyo, Sp.N, Subsp. NIOO(K), FINS, FINA, menyatakan bahwa penanganan stroke pada anak memerlukan pemeriksaan yang lebih mendetail terkait faktor risiko untuk mengetahui penyebab spesifiknya.
“Pada anak-anak, pemeriksaan faktor risiko stroke harus lebih rinci, mulai dari jantung, komponen darah, hingga kelainan bawaan atau kelainan pembuluh darah. Semua itu perlu diidentifikasi agar risiko stroke berulang di kemudian hari bisa diminimalkan,” ujar Bambang dalam diskusi daring tentang stroke di Jakarta, Selasa.
Bambang menambahkan bahwa pada anak-anak, stroke sering terjadi akibat kelainan jantung, kelainan pembuluh darah, atau dalam beberapa kasus karena gizi buruk.
Ia menjelaskan bahwa pada anak maupun bayi, stroke bisa terjadi akibat penyumbatan yang berasal dari jantung, misalnya trombus atau gumpalan darah yang terdorong ke otak. Selain itu, defisiensi vitamin K juga bisa menjadi penyebab.
Stroke pada anak juga sering terjadi karena perdarahan di ventrikel, yakni ruang berisi cairan di otak (intraventrikel). Pemeriksaan yang lebih mendetail perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab stroke, seperti CT Angiografi pada kepala atau Cerebral DSA (Digital Subtraction Angiography) otak.
“Nanti baru bisa diketahui apakah ada kelainan pembuluh darah yang menyebabkan pecahnya, karena kadang-kadang anak berusia 7, 8, bahkan belasan tahun tiba-tiba mengalami kelumpuhan. Setelah dilakukan CT Scan, ternyata ada perdarahan,” kata Bambang.
Ia menjelaskan bahwa stroke pada anak memang cenderung pulih lebih cepat dibandingkan pada orang tua. Namun, dalam jangka panjang, risiko stroke berulang tetap lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Pengobatan stroke pada anak juga memerlukan dosis yang tepat. Misalnya, pemberian pengencer darah melalui infus vena tidak boleh diberikan pada anak yang terlalu kecil karena risiko perdarahan dan efek sampingnya lebih besar.
Selain itu, anak yang mengalami stroke juga bisa mengalami gangguan fungsi saraf akibat sumbatan atau perdarahan di otak, seperti kesulitan berjalan. Risiko stroke berulang juga dapat menambah beban ekonomi keluarga.
“Makanya kita harus benar-benar melakukan pemeriksaan faktor risiko dengan baik dan menjalankan pengobatan yang tepat, agar pemulihannya bisa maksimal,” katanya.





