Sekilas.co – Sedikitnya 31 orang narapidana tewas dalam kerusuhan brutal yang pecah di salah satu penjara paling padat di Ekuador pada Minggu (9/11/2025). Insiden tersebut terjadi di Penjara Machala, yang terletak di provinsi pesisir El Oro, Ekuador bagian barat daya.
Menurut pernyataan resmi otoritas penjara, 27 dari korban meninggal dunia akibat sesak napas setelah diduga saling mencekik dalam kekacauan yang terjadi di dalam kompleks penjara. “Hasil sementara menunjukkan sebagian besar korban meninggal karena asfiksia atau kekurangan oksigen setelah perkelahian antarnarapidana,” demikian disampaikan Lembaga Nasional Pemasyarakatan (SNAI) melalui keterangan resminya yang dikutip dari AFP, Senin (10/11/2025).
Pihak berwenang mengatakan mereka masih berupaya mengklarifikasi kronologi peristiwa tersebut secara menyeluruh. Tim forensik dan investigasi kriminal telah diterjunkan ke lokasi untuk memastikan penyebab pasti kematian para korban serta memverifikasi identitas mereka.
Kerusuhan mematikan di penjara Machala ini menambah daftar panjang tragedi di sistem pemasyarakatan Ekuador yang selama beberapa tahun terakhir menjadi pusat konflik antar geng narkoba. Menurut catatan otoritas, lebih dari 500 narapidana telah tewas sejak 2021 akibat bentrokan dan serangan balasan di berbagai penjara di seluruh negeri.
Insiden berdarah tersebut disebut berawal pada pukul 03.00 dini hari waktu setempat ketika dua kelompok narapidana terlibat bentrok hebat. Penduduk sekitar penjara melaporkan terdengar suara letusan senjata api, ledakan, dan teriakan minta tolong dari dalam kompleks penjara.
Awalnya, pihak SNAI melaporkan empat orang tewas dan 33 lainnya terluka, termasuk seorang anggota kepolisian. Namun setelah situasi berhasil dikendalikan oleh unit kepolisian elite dan pasukan taktis, jumlah korban tewas bertambah signifikan setelah tim evakuasi menemukan lebih banyak jasad di beberapa sel yang terkunci dari dalam.
Kementerian Dalam Negeri Ekuador menyatakan bahwa kekerasan ini kemungkinan besar berkaitan dengan rencana pemindahan sejumlah narapidana ke fasilitas baru dengan sistem keamanan maksimum yang akan diresmikan akhir bulan ini oleh Presiden Daniel Noboa.
Sebelumnya, pada akhir September 2025, penjara yang sama juga menjadi lokasi konfrontasi bersenjata yang menewaskan 13 narapidana dan satu petugas penjaga penjara.
Kerusuhan terbaru ini memperkuat kekhawatiran akan lemahnya sistem pengawasan serta dominasi geng kriminal di balik jeruji besi, yang selama ini menggunakan fasilitas penjara sebagai basis operasi perdagangan narkoba lintas negara di Amerika Selatan.





