sekilas.co – Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
“Retorika Trump kini lebih lembut, tidak lama setelah dia sempat mengancam tarif tambahan 100 persen untuk China. Trump menyatakan China akan baik-baik saja, dan AS ingin membantu mereka,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam China dengan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang impor dari Negeri Tirai Bambu serta membatasi ekspor “perangkat lunak penting”.
Ketegangan kembali muncul setelah China pada Kamis (9/10) mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang, memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan ini juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dahulu.
Kementerian Perdagangan China menyatakan pembatasan ekspor unsur tanah jarang dilakukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional, termasuk kontrol ekspor pada teknologi penambangan, peleburan, pemisahan, produksi material magnetik, serta daur ulang sumber daya sekunder.
Sebagai “balasan” pada Jumat (10/10), Trump menyebut China “sangat bermusuhan” dan menjadikan AS serta dunia “sandera” lewat kebijakan ekspor mendadak. Karena itu, AS berencana mulai memberlakukan tarif 100 persen pada 1 November 2025 atau lebih cepat, tergantung tindakan China selanjutnya.
Namun, sikap Trump melunak setelah indeks saham utama AS turun tajam pada Jumat (10/10), akibat kekhawatiran pasar terhadap isu perang dagang.
Pada Minggu (12/10), Trump menulis di media sosial agar publik tidak terlalu khawatir soal China. “Presiden China Xi Jinping hanya sedang mengalami masa sulit. Dia tidak ingin depresi ekonomi bagi negaranya, dan saya juga tidak. AS ingin membantu China, bukan menyakitinya,” tulis Trump.
“Rupiah juga didukung oleh prospek pemangkasan suku bunga The Fed setelah komentar dovish Kepala The Fed Philadelphia, Anna Paulson, yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih besar ke depan, dan melihat ancaman inflasi dari tarif tidak sebesar yang dikhawatirkan,” ujar Lukman.
Berdasarkan sentimen tersebut, kurs rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS.
Pada pembukaan perdagangan hari Selasa di Jakarta, rupiah menguat 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.563 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.573 per dolar AS.





