sekilas.co – Lembaga think tank Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menegaskan bahwa pemanfaatan teknologi digital, termasuk Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mampu membuat aktivitas investasi menjadi lebih efisien.
Research Director Prasasti, Gundy Cahyadi, menyebut adanya hubungan positif antara digitalisasi dan efisiensi modal. Hal ini terlihat dari Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pada sektor yang sudah terdigitalisasi berada di level 4,3, lebih baik dibanding ICOR nasional yang masih di angka 6,6.
“Digitalisasi bukan sekadar peningkatan teknologi. Ini adalah landasan penting yang dapat mendorong produktivitas, memperkuat daya saing UMKM, serta menjadi pilar utama dalam transformasi ekonomi jangka panjang Indonesia,” ujar Gundy dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
ICOR sendiri merupakan indikator makroekonomi yang menilai seberapa besar investasi yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB).
Semakin kecil nilai ICOR, maka semakin efisien investasi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, ICOR yang tinggi mencerminkan biaya investasi yang semakin besar untuk memacu ekonomi.
Gundy menjelaskan bahwa efisiensi tersebut turut didorong oleh QRIS yang saat ini menjadi instrumen pembayaran nontunai terbesar di Indonesia.
Per semester I 2025, QRIS mencatat nilai transaksi sebesar Rp579 triliun dengan 41 juta merchant, di mana 93,16 persen di antaranya merupakan UMKM.
Ia menilai digitalisasi melalui QRIS membantu UMKM naik kelas dan dapat menjadi jawaban atas fenomena hollow middle, yaitu minimnya usaha menengah di tengah dominasi usaha mikro dan perusahaan besar.
“Adopsi QRIS meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Perkembangan ini memudahkan UMKM mengatur keuangan, menekan risiko keamanan, dan memberikan kenyamanan pembayaran nontunai bagi konsumen,” lanjutnya.
Selain menjadi metode pembayaran, Gundy menambahkan bahwa rekam jejak digital dari transaksi QRIS dapat dimanfaatkan sebagai data untuk alternative credit scoring.
Menurutnya, inovasi ini dapat membuka akses pembiayaan bagi UMKM yang selama ini sulit dijangkau lembaga keuangan formal karena tidak memiliki agunan atau riwayat kredit konvensional.
“Digitalisasi bukan hanya tentang teknologi. Ini merupakan fondasi penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM, sekaligus menjadi pilar transformasi ekonomi jangka panjang Indonesia,” tutupnya.





