Protein Hewani Cepat Diserap Tubuh Dukung Pertumbuhan Anak

foto/istimewa

sekilas.co – Dokter spesialis anak, dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, menyatakan bahwa protein hewani termasuk zat yang mudah diserap tubuh dan membantu pertumbuhan anak secara optimal.

“Ada kepercayaan di masyarakat Indonesia. Di kamar praktik saya, orang tua sering bilang anaknya banyak makan sayur. Hal ini perlu diluruskan, karena anak juga membutuhkan protein hewani,” kata Tiwi dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu.

Baca juga:

Dokter lulusan Universitas Indonesia ini menekankan bahwa protein hewani tidak selalu harus dari bahan mahal seperti daging merah. Orang tua bisa menggantinya dengan pilihan yang lebih terjangkau, seperti telur, ikan lele, atau ikan kembung.

Agar penyerapan protein lebih optimal, disarankan menyajikan makanan yang mengandung vitamin C, misalnya sayuran seperti tomat, atau buah sebagai pencuci mulut seperti jeruk atau pepaya.

Ia menambahkan bahwa protein hewani tidak hanya mendukung tumbuh kembang anak, tetapi juga mencegah kekurangan zat besi yang bisa berujung pada anemia. Sifatnya yang mudah diserap tubuh membuat protein hewani sangat cocok, terutama untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Berbeda dengan sayuran seperti bayam yang meski bermanfaat, proteinnya lebih sulit diserap tubuh.

“Anak-anak di bawah dua tahun pencernaannya masih dalam tahap belajar, jadi orang tua perlu memberikan makanan yang mudah diserap oleh usus,” kata dia.

Makanan anak juga sebaiknya mengikuti pola gizi seimbang yang mencakup karbohidrat, misalnya nasi, roti, kentang, ubi, atau jagung. Orang tua bisa memberikan menu keluarga yang sama, dengan porsi lebih kecil untuk anak.

“Anak-anak akan meniru orang tua, jadi sarapan terbaik adalah makanan yang lengkap,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Tiwi juga menekankan bahwa kecukupan zat besi dari protein hewani berperan penting bagi performa dan masa depan anak. Terlebih lagi, Indonesia masih menempati posisi ke-4 sebagai negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara.

Bahkan sebuah survei menunjukkan bahwa 50 persen ibu tidak menyadari bahwa kekurangan zat besi dapat memengaruhi kepintaran anak.

“Zat besi adalah zat gizi mikro penting yang mendukung kemampuan belajar. Jika kekurangan ini dibiarkan, dampaknya bisa dirasakan jangka panjang hingga dewasa,” kata dia.

Secara biomedis, zat besi merupakan salah satu elemen penting yang membentuk inti kehidupan manusia. Hemoglobin pada sel darah merah, yang membawa oksigen dan berbagai gizi penting ke seluruh tubuh, memiliki struktur besi yang krusial.

Ketika asupan zat besi tidak tercukupi, tubuh kehilangan kemampuan memproduksi hemoglobin yang cukup, sehingga otak kekurangan oksigen. Dampaknya tidak hanya pada fisik yang lemah, tetapi juga pada kemampuan kognitif. Kekurangan oksigen di otak dapat menimbulkan kesulitan berkonsentrasi, kecemasan, dan bahkan depresi.

Kondisi ini dapat menurunkan kebugaran dan ketangkasan berpikir, yang tentu berdampak pada prestasi belajar serta produktivitas kerja.

Artikel Terkait