sekilas.co – LEMBAGA pemeringkat dunia, Standard & Poor’s Global Ratings (S&P), melaporkan Purchasing Manager’s Index atau PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2025 masih berada di zona ekspansi. PMI manufaktur meningkat dari bulan sebelumnya.
Rilis terkini S&P menyatakan skor manufaktur Indonesia Oktober 2025 berada di level 51,2. “Headline PMI Manufaktur Indonesia dari S&P Global naik dari 50,4 pada bulan September menjadi 51,2 pada bulan Oktober, menunjukkan perbaikan lebih lanjut pada kesehatan sektor produksi barang,” demikian dipaparkan dalam siaran pers S&P Global, Senin, 3 November 2025.
Ambang batas ekspansi PMI manufaktur adalah 50, di bawah itu tergolong level kontraksi. Ini merupakan ekspansi PMI yang terjadi selama 3 bulan beruntun. S&P mencatat faktor utama peningkatan pada Oktober adalah percepatan pertumbuhan permintaan terhadap produk manufaktur Indonesia.
Pesanan baru meningkat selama tiga bulan berturut-turut, dengan laju pertumbuhan berada pada level tertinggi gabungan sejak bulan Maret. Laporan dari para responden menunjukkan bahwa aktivitas pasar domestik membaik, mendorong klien domestik untuk menambah pesanan.
Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ini terutama didorong oleh pasar domestik. Meski ada penurunan baru selama dua bulan beruntun pada bisnis ekspor baru, di tengah lemahnya permintaan di pasar internasional.
Di antara perusahaan yang melaporkan peningkatan output, kenaikan tersebut umumnya didorong oleh peningkatan pesanan baru, meski tertahan oleh lemahnya permintaan dari pasar ekspor. Beberapa perusahaan juga mencatat penggunaan stok yang ada untuk memenuhi pesanan baru, yang menyebabkan persediaan pasca-produksi sedikit turun pada bulan ini.
Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti mengatakan perbaikan kondisi sektor manufaktur Indonesia semakin menguat pada awal kuartal keempat tahun 2025. Kondisi permintaan menunjukkan tren positif, penjualan yang meningkat cukup kuat sehingga mendorong kenaikan pada tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian.
Ia memaparkan bahwa tekanan harga masih tetap tinggi. Produsen mencatat kenaikan beban biaya rata-rata paling tajam dalam delapan bulan terakhir, seiring laporan kenaikan harga bahan baku. “Meski demikian, perusahaan cenderung berhati-hati untuk membebankan kenaikan biaya kepada pelanggan, sehingga harga jual hanya meningkat tipis sebagai upaya mempertahankan daya saing harga,” ucapnya.
									
													




