sekilas.co – Saat hamil, perubahan tubuh yang terjadi kerap membuat ibu lebih mudah lelah, termasuk saat bernapas. Perut yang semakin membesar menekan diafragma sehingga napas terasa lebih pendek. Dalam kondisi seperti ini, bila ibu hamil mengalami bronkitis yakni peradangan pada saluran napas bawah yang meningkatkan produksi lendir dan memicu batuk berkepanjangannapas bisa menjadi semakin berat, dada terasa sesak, dan tubuh pun makin tidak nyaman.
Bronkitis adalah kondisi yang cukup sering muncul, terutama ketika musim hujan atau cuaca sedang dingin. Namun pada masa kehamilan, kondisi ini tidak boleh dianggap ringan. Sebab, ibu hamil harus menjaga kesehatan dirinya sekaligus janinnya. Karena itu penting untuk memahami bahaya bronkitis saat hamil, mulai dari gejala, penyebab, hingga cara menangani dan mencegahnya.
1. Gejala bronkitis pada ibu hamil
Bronkitis merupakan peradangan pada saluran pernapasan yang menyebabkan lendir berproduksi lebih banyak. Kebanyakan kasus bronkitis bersifat akut dan dipicu oleh infeksi virus. Gejalanya sering menyerupai flu di awal, tetapi dapat berkembang lebih parah.
Tanda-tanda bronkitis yang umum dialami ibu hamil meliputi:
-
Batuk berkepanjangan
-
Dahak berwarna bening, kuning, atau hijau
-
Sakit tenggorokan
-
Dada terasa sesak atau penuh
-
Demam dan menggigil
-
Nyeri tubuh
Segera hubungi tenaga medis jika muncul:
-
Mengi
-
Sesak napas
-
Batuk berdarah
-
Gejala tidak membaik setelah lebih dari tiga minggu atau sering kambuh
2. Penyebab bronkitis selama kehamilan
Sekitar 90 persen bronkitis disebabkan oleh infeksi virus. Beberapa virus yang sering menjadi pemicu antara lain:
-
Human rhinovirus
-
Virus influenza
-
Respiratory syncytial virus (RSV)
-
SARS-CoV-2
Selain infeksi, paparan iritan seperti asap rokok, polusi, atau uap bahan kimia juga dapat menyebabkan bronkitis. Kondisi medis seperti asma atau GERD turut meningkatkan risikonya.
3. Risiko bronkitis terhadap janin
Secara umum, bronkitis tidak secara langsung membahayakan janin. Namun, masalah bisa timbul jika penyakit ini berkembang menjadi komplikasi berat seperti pneumonia. Pneumonia saat hamil memang jarang, tetapi tetap berbahaya bila tidak ditangani segera.
Salah satu komplikasi serius adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS), yaitu ketika cairan mengisi kantong udara paru-paru sehingga oksigen sulit masuk ke darah. Kondisi ini menyebabkan hipoksia pada ibu dan berdampak pada janin. Risiko yang bisa muncul termasuk:
-
Gangguan pertumbuhan janin
-
Kelahiran prematur
-
Keguguran
-
Gagal napas pada ibu
Infeksi virus juga sering disertai infeksi bakteri sekunder yang memperparah kondisi.
4. Pengobatan bronkitis saat hamil
Perawatan bronkitis pada ibu hamil perlu berada di bawah pengawasan dokter. Selain obat medis, beberapa cara mandiri dapat membantu meredakan gejala:
-
Istirahat yang cukup
-
Minum banyak cairan
-
Menggunakan humidifier
-
Berkumur air garam
-
Madu dan lemon
-
Menghirup uap hangat
-
Konsumsi jahe dan kunyit
5. Cara mencegah bronkitis saat hamil
Karena bronkitis mudah menular, langkah pencegahan sangat penting dilakukan:
-
Rajin mencuci tangan
-
Menghindari orang yang sedang sakit
-
Menghindari asap rokok dan polusi
-
Mendapatkan vaksin flu tahunan
-
Menjaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat dan istirahat cukup
Menariknya, vaksin flu saat hamil juga memberikan perlindungan imun bagi bayi hingga enam bulan setelah lahir.
Bronkitis pada ibu hamil memang jarang langsung menyebabkan gangguan pada janin, tetapi komplikasinya bisa berdampak serius jika tidak ditangani. Mulai dari sesak napas berat, pneumonia, hingga kelahiran prematur. Karena itu, batuk yang terus menerus atau kesulitan bernapas tidak boleh diabaikan.
Pencegahan, deteksi dini, dan penanganan tepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan ibu serta janin. Jika gejalanya semakin berat, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang aman dan sesuai kondisi kehamilan.





