sekilas.co – Gaya hidup atau lifestyle merupakan cerminan dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya sehari-hari. Mulai dari cara berpakaian, pola konsumsi, aktivitas sosial, hingga nilai-nilai yang diyakini, semua itu menjadi bagian dari identitas seseorang. Di era modern seperti saat ini, gaya hidup masyarakat tidak lagi hanya ditentukan oleh faktor individu semata, melainkan juga oleh faktor eksternal seperti kondisi ekonomi dan budaya yang berkembang di lingkungannya. Dua faktor ini saling berkaitan erat dan memegang peranan penting dalam membentuk cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi seseorang di tengah masyarakat. Dengan kata lain, gaya hidup adalah hasil dari kombinasi antara kemampuan ekonomi dan pengaruh budaya yang melekat pada suatu kelompok sosial.
Faktor ekonomi menjadi salah satu aspek yang paling dominan dalam membentuk gaya hidup seseorang. Tingkat pendapatan, pekerjaan, dan status sosial-ekonomi sangat memengaruhi cara seseorang menentukan pilihan dalam hidup. Misalnya, individu dengan penghasilan tinggi cenderung memiliki akses lebih luas terhadap barang-barang premium, gaya hidup sehat, atau bahkan liburan ke luar negeri. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi, gaya hidup cenderung lebih sederhana dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar. Di sinilah terlihat bahwa ekonomi berperan sebagai pondasi yang menentukan arah gaya hidup, karena hampir semua aspek kehidupan modern membutuhkan dukungan finansial. Selain itu, daya beli yang kuat juga seringkali dihubungkan dengan status sosial yang ingin ditampilkan di hadapan publik.
Seiring dengan meningkatnya taraf ekonomi masyarakat, muncul pula fenomena baru yang disebut konsumerisme. Gaya hidup konsumtif menjadi tren yang banyak ditemui di kota-kota besar, terutama di kalangan generasi muda. Mereka tidak hanya membeli sesuatu karena kebutuhan, tetapi juga untuk memenuhi keinginan dan mempertahankan citra sosial. Misalnya, membeli gawai terbaru, mengikuti tren fesyen terkini, atau nongkrong di kafe populer sudah menjadi bagian dari rutinitas yang menunjukkan gaya hidup modern. Fenomena ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari pertumbuhan ekonomi dan kemajuan industri. Ketika daya beli meningkat, pola konsumsi pun berubah, dari sekadar kebutuhan dasar menjadi bentuk ekspresi diri. Namun, di sisi lain, konsumerisme juga bisa membawa dampak negatif, seperti perilaku boros dan meningkatnya ketimpangan sosial di masyarakat.
Selain ekonomi, budaya juga memegang peranan penting dalam membentuk gaya hidup masyarakat. Budaya meliputi segala nilai, norma, kepercayaan, serta tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya memengaruhi cara berpakaian, makanan yang dikonsumsi, pola komunikasi, hingga cara seseorang mengekspresikan diri. Misalnya, masyarakat di negara-negara Timur yang menjunjung tinggi nilai kesopanan dan kebersamaan cenderung memiliki gaya hidup yang lebih kolektif, sementara masyarakat Barat yang mengedepankan individualisme cenderung lebih bebas dan ekspresif. Budaya menjadi pedoman moral dalam menentukan bagaimana seseorang bertindak dalam kehidupan sosialnya. Dengan demikian, meskipun ekonomi menentukan kemampuan, budaya yang berkembang menentukan arah dan tujuan gaya hidup itu sendiri.
Di era globalisasi, batas-batas budaya menjadi semakin kabur. Kemajuan teknologi dan komunikasi membuat masyarakat dengan mudah mengakses informasi dan tren dari berbagai belahan dunia. Akibatnya, terjadi proses akulturasi budaya, di mana budaya lokal dan budaya global saling berinteraksi dan memengaruhi. Contohnya, gaya hidup masyarakat Indonesia kini banyak dipengaruhi oleh budaya Korea melalui fenomena K-pop dan K-drama, atau budaya Barat melalui media sosial dan gaya berpakaian. Fenomena ini menunjukkan bahwa budaya global telah menjadi salah satu faktor dominan dalam membentuk lifestyle modern. Meski demikian, masyarakat tetap berusaha menjaga nilai-nilai lokal agar tidak hilang di tengah arus globalisasi yang begitu cepat. Keseimbangan antara budaya lokal dan global menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat modern agar tidak kehilangan jati diri.
Ketimpangan ekonomi yang masih terjadi di berbagai wilayah juga berpengaruh pada perbedaan gaya hidup masyarakat. Di satu sisi, kelompok dengan ekonomi tinggi memiliki gaya hidup modern yang berorientasi pada kemewahan dan kenyamanan. Mereka memiliki akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, hingga hiburan yang lebih baik. Di sisi lain, kelompok dengan ekonomi rendah lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan pokok dan bertahan hidup. Perbedaan ini sering kali menimbulkan kesenjangan sosial, bahkan membentuk stratifikasi gaya hidup di masyarakat. Dalam konteks ini, ekonomi bukan hanya menentukan kemampuan konsumsi, tetapi juga menjadi simbol status sosial. Masyarakat dengan gaya hidup mapan sering dianggap sebagai representasi kesuksesan, sementara kelompok bawah sering kali terpinggirkan dalam akses terhadap tren dan kemajuan.
Perkembangan teknologi digital turut mempercepat perubahan gaya hidup masyarakat. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi ruang baru bagi individu untuk mengekspresikan gaya hidup dan identitas mereka. Fenomena ini mendorong munculnya budaya digital, di mana nilai-nilai ekonomi dan budaya melebur dalam dunia maya. Influencer, selebgram, hingga konten kreator menjadi simbol baru kesuksesan yang menggabungkan kreativitas, gaya hidup, dan kemampuan finansial. Budaya digital juga mengubah cara orang bekerja dan berbelanja. Kini, banyak orang menjalani gaya hidup fleksibel melalui pekerjaan remote dan belanja daring. Ekonomi digital menghadirkan peluang baru untuk membentuk gaya hidup yang lebih dinamis, praktis, dan serba cepat, sejalan dengan karakter masyarakat modern yang mengutamakan efisiensi dan kenyamanan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya hidup seseorang tidak terbentuk secara kebetulan, melainkan merupakan hasil interaksi kompleks antara faktor ekonomi dan budaya. Ekonomi menentukan kemampuan individu dalam mengakses berbagai kebutuhan dan keinginan, sementara budaya menjadi panduan nilai yang mengarahkan cara berpikir dan bertindak. Dalam kehidupan modern, keduanya saling melengkapi dan membentuk keseimbangan antara kebutuhan material dan spiritual. Namun, penting untuk diingat bahwa gaya hidup yang baik bukan hanya tentang kemewahan atau tren global, melainkan juga tentang kesadaran diri, tanggung jawab sosial, dan pelestarian budaya lokal. Oleh karena itu, membangun gaya hidup yang seimbang antara ekonomi dan budaya adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang harmonis di era modern.





