Mikroplastik Alergen Baru yang Mengancam Kesehatan Kulit

foto/istimewa

sekilas.co – Dokter spesialis kulit lulusan Universitas Hasanuddin, dr. Fransiskus Xaverius Clinton, Sp.DVE, menyebut bahwa mikroplastik dapat menjadi salah satu alergen, yaitu zat yang dapat memicu alergi dan mengancam kesehatan kulit.

“Mikroplastik secara keseluruhan berperan sebagai alergen. Polusi, mikroplastik, dan berbagai partikel lainnya termasuk dalam kategori alergen — terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif atau kondisi kulit yang sedang tidak sehat,” ujar Clinton dalam temu media di Jakarta, Kamis.

Baca juga:

Menanggapi temuan hujan di Jakarta yang mengandung mikroplastik, Clinton menjelaskan bahwa partikel mikroplastik memiliki sifat serupa dengan polusi karena dapat memperburuk kondisi kulit, terutama pada wajah yang sedang mengalami eksim atau jerawat (acne).

Tingkat keparahan gangguan kulit juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal, seperti pola makan. Misalnya, mengonsumsi minuman tinggi gula atau produk susu secara berlebihan dapat memicu proses glikasi, yang menyebabkan peradangan lebih parah pada jerawat.

Menurutnya, salah satu cara agar kulit tidak mengalami inflamasi akibat paparan mikroplastik adalah dengan memperbanyak konsumsi makanan sehat yang mengandung antioksidan dan anti-inflamasi, seperti sayur-sayuran, misalnya seledri.

“Jadi dengan mengurangi gula, makan sehat, serta melindungi kulit melalui mikrobioma, itu akan membantu memperbaiki kondisi kulit,” ucapnya.

Sementara itu, dokter spesialis mikrobiologi klinik dr. Ayman Alatas, Sp.MK, juga membenarkan bahwa mikroplastik merupakan isu yang mengkhawatirkan bagi kesehatan manusia karena dapat mengganggu mikrobioma yang hidup di permukaan kulit.

Sayangnya, penelitian mengenai dampak mikroplastik terhadap kulit masih terus berlanjut.

“Pada dasarnya, riset ini masih berjalan. Ada dugaan mikroplastik memang bisa mengganggu mikrobioma, apalagi karena banyak yang masuk ke dalam tubuh, bukan hanya terpapar di kulit. Jadi, mikrobioma di pencernaan pun bisa ikut terganggu,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan bahwa mikroplastik kini sudah tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga setiap pihak perlu bekerja sama untuk mencegah dampaknya terhadap mikrobioma tubuh.

Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan produk skincare yang tepat, yang dapat membantu menyeimbangkan mikrobioma sekaligus membersihkan tubuh dari zat berbahaya.

“Kita harus berusaha menjaganya, mengurangi faktor risiko yang bisa mengganggu mikrobioma terutama yang berkaitan dengan kulit dengan menggunakan produk yang tepat, yang memiliki fungsi cleansing atau menyeimbangkan mikrobioma, seperti produk dengan teknologi mikrobioma,” ujar Ayman.

Di sisi lain, dokter spesialis kulit lulusan Universitas Indonesia dr. Sari Chairunnisa, Sp.DVE, FINSDV, menambahkan bahwa apa pun cuaca atau fenomena alam yang terjadi, masyarakat sebaiknya tetap melakukan perawatan kulit dasar dengan cara yang tepat untuk menjaga keseimbangan mikrobioma kulit.

Pendiri merek LABORE itu mencontohkan perawatan dasar yang bisa dilakukan, antara lain membersihkan wajah dengan sabun sesuai kondisi kulit, melembapkan dengan krim pelembap, serta menggunakan sunscreen untuk melindungi kulit dari paparan sinar UVA dan UVB.

Artikel Terkait