sekilas.co – Lifestyle dalam dunia fashion dapat diartikan sebagai pola hidup yang tercermin melalui cara seseorang berpakaian, memilih merek, dan mengikuti tren mode. Gaya berpakaian bukan hanya soal tampilan luar, melainkan juga perwujudan dari karakter dan prinsip hidup seseorang. Misalnya, seseorang yang memiliki gaya hidup aktif dan sporty akan memilih pakaian yang nyaman dan fungsional seperti sneakers, legging, dan jaket ringan. Sementara itu, individu yang memiliki gaya hidup elegan dan profesional cenderung memilih busana formal seperti blazer atau dress berpotongan klasik. Dengan kata lain, fashion adalah bahasa nonverbal yang digunakan untuk mengkomunikasikan lifestyle seseorang kepada dunia.
Hubungan antara fashion dan lifestyle telah berkembang selama berabad-abad. Pada masa lampau, gaya berpakaian sering kali menandakan status sosial dan ekonomi. Bangsawan dan kaum elite mengenakan pakaian mewah dengan bahan langka sebagai simbol kekuasaan, sedangkan rakyat biasa mengenakan busana sederhana. Namun, seiring revolusi industri dan perkembangan media, fashion menjadi lebih inklusif dan mudah diakses oleh berbagai kalangan. Memasuki abad ke-20, muncul berbagai subkultur seperti punk, bohemian, dan streetwear yang menciptakan identitas gaya hidup baru. Kini, fashion tidak lagi hanya mengikuti tren global, tetapi juga menjadi alat bagi individu untuk mengekspresikan keunikan dan nilai-nilai hidupnya.
Dalam dunia modern, fashion dianggap sebagai cerminan paling nyata dari lifestyle seseorang. Setiap pilihan pakaian, aksesori, hingga warna yang dikenakan mengandung makna simbolik. Misalnya, gaya kasual mencerminkan pribadi yang santai dan terbuka, sedangkan gaya minimalis menggambarkan seseorang yang efisien dan menghargai kesederhanaan. Gaya streetwear menunjukkan jiwa muda dan ekspresif, sedangkan gaya vintage menandakan kecintaan terhadap sejarah dan nilai klasik. Bahkan cara seseorang memadupadankan pakaian apakah mengikuti tren atau menciptakan gaya unik sendiri menunjukkan bagaimana ia melihat dunia dan mengekspresikan individualitasnya.
Tren fashion tidak pernah muncul begitu saja; ia selalu dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat. Misalnya, meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan dan kebugaran melahirkan tren athleisure, yaitu kombinasi antara pakaian olahraga dan busana kasual. Gaya hidup ramah lingkungan menciptakan tren sustainable fashion, di mana banyak desainer mulai menggunakan bahan daur ulang atau organik. Begitu juga dengan meningkatnya penggunaan teknologi digital yang memunculkan fenomena digital fashion, di mana pakaian virtual digunakan untuk avatar atau konten media sosial. Setiap perubahan sosial, budaya, dan teknologi secara langsung membentuk arah baru dalam dunia mode.
Kehadiran media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest telah mengubah cara orang melihat dan mengikuti fashion. Lifestyle digital kini menjadi tren baru di mana setiap orang bisa menjadi “ikon mode” bagi dirinya sendiri. Influencer dan selebritas memainkan peran besar dalam membentuk tren global karena gaya hidup mereka diikuti jutaan penggemar. Brand fashion pun kini tidak hanya menjual produk, tetapi juga menjual konsep gaya hidup misalnya, Nike menjual semangat aktif dan berprestasi, sementara Chanel menjual kemewahan dan keanggunan klasik. Melalui dunia digital, fashion dan lifestyle kini saling memperkuat dalam menciptakan citra diri dan identitas sosial.
Dalam industri modern, muncul konsep lifestyle branding, yaitu strategi di mana merek fashion membangun citra berdasarkan gaya hidup tertentu. Misalnya, merek seperti Uniqlo identik dengan kesederhanaan dan efisiensi, Zara menggambarkan kecepatan mengikuti tren, sementara Gucci melambangkan kemewahan dan eksklusivitas. Konsumen tidak hanya membeli pakaian, tetapi juga membeli identitas dan makna di balik merek tersebut. Lifestyle branding memungkinkan seseorang merasa menjadi bagian dari komunitas atau nilai tertentu melalui pakaian yang dikenakannya. Inilah sebabnya mengapa fashion tidak sekadar kebutuhan, tetapi juga menjadi alat untuk menegaskan jati diri.
Salah satu perkembangan paling penting dalam hubungan antara lifestyle dan fashion adalah munculnya tren keberlanjutan (sustainability). Gaya hidup modern yang semakin sadar lingkungan mendorong lahirnya gerakan fashion berkelanjutan. Banyak orang kini lebih memilih merek lokal, pakaian second-hand, atau produk ramah lingkungan untuk mengurangi limbah tekstil dan jejak karbon. Konsep slow fashion menjadi populer karena mendorong konsumen untuk membeli lebih sedikit tetapi dengan kualitas lebih baik. Dengan demikian, lifestyle yang bertanggung jawab tidak hanya mencerminkan selera estetika, tetapi juga kesadaran etika terhadap lingkungan dan masyarakat.
Secara keseluruhan, lifestyle dalam dunia fashion adalah wujud nyata dari ekspresi diri dan nilai-nilai kehidupan seseorang. Fashion tidak lagi hanya soal mengikuti tren, tetapi tentang bagaimana seseorang memilih untuk menunjukkan kepribadiannya, keyakinannya, dan pandangannya terhadap dunia. Dalam era digital yang serba cepat, fashion menjadi bagian dari komunikasi sosial yang kuat menghubungkan orang melalui gaya, warna, dan narasi visual. Oleh karena itu, memahami hubungan antara lifestyle dan fashion membantu kita untuk lebih sadar terhadap pilihan yang kita buat setiap hari: pakaian yang kita kenakan bukan hanya melindungi tubuh, tetapi juga menceritakan kisah tentang siapa kita sebenarnya.





