sekilas.co – Seorang buruh bangunan berusia 52 tahun asal Kabupaten Bandung Barat dinyatakan positif terinfeksi virus hanta setelah mengeluhkan gejala yang semakin memburuk selama dua minggu.
Kasus ini terjadi setelah pria tersebut bekerja di proyek konstruksi di kawasan Ciwidey. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa individu tersebut terpapar virus hanta, yang ditandai dengan gejala awal seperti pusing, demam, dan nyeri lambung.
Pasien melaporkan bahwa dia sempat tergigit tikus di area kerjanya. Kasus ini menyoroti risiko yang dialami pekerja bangunan, terutama di lokasi di mana eksposur terhadap hewan pengerat mungkin tinggi.
Lalu, apa yang dimaksud dengan virus hanta? Seperti apa gejala yang muncul pada penderita yang terinfeksi?
Virus hanta atau hantavirus adalah kelompok virus yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serius pada manusia. Virus ini umumnya ditularkan oleh hewan pengerat, terutama tikus.
Penularan infeksi hantavirus kepada manusia biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan feses, urin, atau air liur dari tikus yang terinfeksi. Selain itu, virus dapat menyebar melalui udara jika partikel yang terkontaminasi terhirup.
Penyakit yang disebabkan oleh hantavirus meliputi Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) dan Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS). Kedua jenis penyakit ini memiliki tingkat keparahan dan gejala yang berbeda.
HPS dimulai dengan gejala mirip flu yang dapat berlangsung selama beberapa hari. Gejala awal tersebut meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, serta gejala gastrointestinal seperti mual dan diare.
Seiring perkembangan penyakit, individu yang terinfeksi dapat mengalami batuk, sesak napas, dan tekanan darah rendah yang dapat berakhir pada edema paru yang berpotensi fatal.
HFRS memiliki gejala awal seperti demam tinggi, sakit kepala berat, nyeri punggung, dan kemerahan pada wajah. Pada tahap lanjut, dapat muncul gejala lain seperti kebocoran plasma, perdarahan, dan gagal ginjal.
HFRS memiliki risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan HPS, namun tetap harus ditangani dengan serius.
Perbedaan utama antara kedua penyakit tersebut terletak pada evolusi gejala dan organ yang terpengaruh. HPS lebih berdampak pada paru-paru, sedangkan HFRS lebih berfokus pada sistem renal. Gangguan yang dialami bisa berkisar dari ringan hingga berat, tergantung jenis virus yang menginfeksi.
Diagnosis infeksi hantavirus umumnya dilakukan melalui tanya jawab mengenai gejala dan keterpaparan pasien, diikuti dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium seperti tes darah dan tes urine diperlukan untuk mengonfirmasi keberadaan virus.
Pemindaian seperti Rontgen juga bisa dilakukan untuk mengevaluasi kondisi paru-paru.
Pengobatan untuk infeksi hantavirus umumnya berfokus pada perawatan simptomatik dan dukungan. Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus untuk virus ini, sehingga tindakan pencegahan dan perawatan intensif sangat penting.
Pasien dengan gejala parah mungkin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU), termasuk pemberian oksigen tambahan dan infus cairan. Dalam kasus HFRS yang berat, dialisis untuk mendukung fungsi ginjal mungkin diperlukan.
Pekerja bangunan berisiko tinggi terpapar hantavirus jika bekerja di area dengan populasi tikus yang tinggi, terutama di lokasi yang jarang dibersihkan atau memiliki sanitasi buruk.
Pencegahan infeksi hantavirus bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan area kerja, menggunakan alat pelindung diri (APD), dan menghindari kontak langsung dengan hewan pengerat. Menjaga kebersihan lingkungan dan mengelola sampah dengan baik juga merupakan langkah penting.
Penggunaan APD sangat dianjurkan bagi pekerja yang mungkin terpapar virus hanta, seperti masker, sarung tangan, serta pakaian panjang saat membersihkan area yang berpotensi tercemar.
Hal ini dapat mengurangi risiko infeksi melalui kontak langsung atau inhalasi.
Pencegahan yang efektif dapat membantu mengurangi risiko penyebaran virus ini, mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkannya. Di lokasi kerja, kesadaran dan kepatuhan terhadap prosedur pencegahan sangatlah penting untuk melindungi kesehatan pekerja dan mencegah insiden di masa mendatang.





