sekilas.co – POLISI menyita 197,71 ton narkotika dari 38.934 kasus peredaran narkoba pada periode Januari–Oktober 2025. Peredaran narkoba ini melibatkan berbagai jaringan, termasuk sindikat Fredy Pratama.
Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Eko Hadi Santoso, mengatakan bahwa jaringan pengedar narkoba saat ini semakin sulit dilacak. “Jaringan itu tidak hanya Fredy Pratama, jangan terpengaruh literasi yang hanya mengarah ke satu orang saja. Sebab jaringan sudah campur aduk,” kata Eko di Gedung Bareskrim Polri, Rabu, 22 Oktober 2025.
Hingga kini, Polri masih memburu Fredy Pratama yang diduga tetap mengendalikan operasi dari luar negeri. Menurut Eko, Divisi Hubungan Internasional Polri melalui Interpol telah mengeluarkan red notice untuk Fredy.
Eko mengatakan bahwa jaringan pengedar narkotik saat ini sangat kompleks. Polisi dapat mengidentifikasi sebagian jaringannya melalui berbagai sistem. Namun, kata Eko, seringkali lapisan jaringan sulit dibedakan karena sudah saling berbaur satu sama lain.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komisaris Jenderal Suyudi Ario Seto, menyatakan bahwa BNN juga memburu para gembong narkoba asal Indonesia yang berada di luar negeri. Selain Fredy, ada pula Dewi Astutik alias Paryatin. Mantan pekerja migran Indonesia itu mencuat dalam kasus penyelundupan sabu 2 ton di Batam beberapa waktu lalu. “Dewi Astutik alias Paryatin dan Fredy Pratama tentunya menjadi target kami,” kata dia, Rabu, 22 Oktober 2025.
Suyudi menduga kedua orang itu bersembunyi di negara yang sama. “Sampai hari ini, mereka masih dalam pengejaran,” kata dia. Khusus untuk Fredy, aparat penegak hukum kesulitan melacaknya karena diduga gembong narkotik itu telah mengganti identitas.