Fakta Alasan Orang Selingkuh Menurut Studi, Apakah Karena Merasa Diabaikan?

foto/ilustrasi

Sekilas.co – Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkap alasan utama mengapa seseorang memilih untuk berselingkuh dari pasangannya. Penelitian ini melibatkan hampir 500 responden yang secara terbuka menjelaskan alasan mereka melakukan perselingkuhan dalam hubungan.

Penelitian dipimpin oleh Profesor Psikologi dari Monmouth University, AS, Gary W. Lewandowski Jr. Dalam keterangannya, ia menyebutkan bahwa dari 495 peserta yang ikut serta, sebanyak 87,9 persen diidentifikasi sebagai heteroseksual atau memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis.

Baca juga:

Para partisipan direkrut dari lingkungan universitas besar di Amerika dan melalui forum daring Reddit yang membahas tema hubungan dan percintaan.

Delapan Alasan Orang Berselingkuh

Para responden yang mengaku pernah berselingkuh diminta menjelaskan motivasi mereka. Dari hasil analisis, peneliti menemukan delapan alasan utama yang mendorong terjadinya perselingkuhan:

  1. Kemarahan

  2. Harga diri yang rendah

  3. Kurangnya cinta

  4. Rendahnya komitmen

  5. Kebutuhan akan variasi

  6. Perasaan diabaikan

  7. Hasrat seksual

  8. Situasi atau keadaan tertentu

Alasan-alasan ini tidak hanya memengaruhi keputusan seseorang untuk berselingkuh, tetapi juga berdampak pada lamanya perselingkuhan, tingkat kepuasan seksual, keterikatan emosional, hingga kemungkinan putusnya hubungan utama.

“Meskipun sebagian besar perselingkuhan melibatkan seks, survei menemukan bahwa sangat jarang seseorang berselingkuh hanya karena alasan seks semata,” ujar Lewandowski Jr., dikutip dari Scientific American, Rabu (10/1/2024).

Keterikatan Emosional dengan Selingkuhan

Studi ini juga mengungkap bahwa mayoritas peserta memiliki keterlibatan emosional dengan pasangan selingkuhnya. Sebanyak 62,8 persen mengaku pernah mengungkapkan rasa sayang kepada pasangan barunya, dan 61,2 persen lainnya terlibat dalam percakapan seksual eksplisit, seperti menggoda, mengirim foto atau video sensual, dan lain-lain.

Namun, hanya 37,6 persen yang melakukan percakapan intim, dan sekitar 11,1 persen yang menyatakan secara eksplisit kalimat “Aku sayang kamu” kepada pasangan selingkuhnya.

Peserta yang merasa kurang terhubung secara emosional dengan pasangan utama mereka cenderung mengalami keintiman emosional yang lebih tinggi dalam hubungan perselingkuhan.

Dari Kencan Singkat hingga Hubungan Serius

Durasi dan kedalaman hubungan perselingkuhan bervariasi. Sebagian hanya berupa kencan sesaat, namun ada juga yang berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam.

“Mereka yang berselingkuh karena marah, kurang cinta, atau mencari variasi biasanya memiliki hubungan perselingkuhan yang lebih lama. Sementara mereka yang melakukannya karena situasi tertentu—seperti pengaruh alkohol atau tekanan emosional—cenderung mengakhirinya lebih cepat,” jelas Lewandowski.

Menariknya, perempuan tercatat memiliki durasi perselingkuhan yang lebih lama dibandingkan laki-laki dalam studi ini.

Tidak Semua Perselingkuhan Mengakhiri Hubungan

Studi ini juga mencatat bahwa tidak semua hubungan utama berakhir karena adanya perselingkuhan. Hanya sekitar 20,4 persen hubungan yang benar-benar kandas akibat tindakan ini.

Sebaliknya, 21,8 persen pasangan tetap bertahan meski perselingkuhan terungkap, dan 28,3 persen lainnya tetap bersama karena pasangan mereka tidak mengetahui adanya perselingkuhan.

Namun, perselingkuhan yang didorong oleh rasa marah, kurangnya cinta, rendahnya komitmen, dan pengabaian cenderung lebih sering menyebabkan putusnya hubungan.

Menariknya, hanya 11,1 persen dari hubungan perselingkuhan yang akhirnya berkembang menjadi hubungan jangka panjang atau komitmen serius.

Temuan ini menegaskan bahwa motivasi utama perselingkuhan sering kali lebih kompleks daripada sekadar kebutuhan seksual. Faktor emosional seperti pengabaian, kurangnya cinta, hingga keinginan untuk merasa dihargai, justru menjadi pemicu yang lebih dominan.

Dengan demikian, memahami akar penyebab perselingkuhan bisa menjadi langkah awal untuk mencegahnya dan memperbaiki kualitas hubungan jangka panjang.

Artikel Terkait