Efek Lembur Berlebihan pada Kesehatan Tubuh

foto/istimewa

sekilas.coLembur telah menjadi bagian dari kultur kerja modern. Meski sering dianggap sebagai langkah menuju pencapaian karir atau peningkatan pendapatan, kebiasaan ini memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan.

Kebiasaan lembur tanpa henti dapat mengganggu keseimbangan hidup seseorang dan membawa dampak negatif yang jauh lebih besar dibandingkan manfaat yang mungkin diperoleh. Berikut sejumlah dampak buruk dari kebiasaan lembur terus-menerus yang patut diwaspadai.

Baca juga:

Studi menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam jam kerja yang panjang memiliki risiko meningkat untuk terkena penyakit jantung. Penelitian oleh World Health Organization (WHO) dan International Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa bekerja lebih dari 55 jam per minggu dapat meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular seperti strok (35 persen) dan iskemia (17 persen).

WHO dan ILO mengestimasikan pada 2016, terdapat 745.000 kematian akibat strok dan penyakit jantung lainnya yang disebabkan oleh kebiasaan lembur terus-menerus.

Bekerja lembur sering kali mengorbankan waktu tidur. Insomnia, atau kesulitan tidur, sering kali diderita oleh mereka yang terbiasa lembur. Pola tidur yang terganggu menjadi konsekuensi langsung dari kebiasaan ini.

Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik. Kelelahan akibat kurang tidur mengurangi kemampuan seseorang untuk menangani stres dan dapat mengganggu konsentrasi.

Kurang tidur sering kali turut berkontribusi pada perkembangan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa jam kerja yang panjang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gejala depresi.

Jam kerja yang panjang menghasilkan tekanan yang tinggi, dan ini berkontribusi pada kesehatan mental yang buruk. Stres kronis atau burnout memerlukan perhatian serius untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut.

Beberapa tanda seseorang mengalami burnout termasuk kehilangan minat terhadap pekerjaan, rasa lelah yang berkepanjangan, dan penurunan produktivitas.

Stres berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisik secara keseluruhan, meningkatkan risiko masalah seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.

Sebagai pelarian dari stres akibat lembur, individu sering kali beralih ke alkohol. Kecanduan alkohol menjadi salah satu masalah kesehatan mental yang dapat diperparah oleh postur kerja lembur.

Kemungkinan besar seseorang yang lembur juga akan mengabaikan pola makan sehat, sering kali melewatkan waktu makan yang seimbang, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.

Keterbatasan waktu akibat lembur sering membuat seseorang juga kerap melewatkan aktivitas fisik. Padahal, kurang olahraga dapat mengurangi kesehatan fisik secara keseluruhan.

Kebiasaan lembur dapat merusak hubungan sosial. Waktu yang seharusnya dihabiskan untuk bersosialisasi sering terpaksa berkurang, yang mempengaruhi kualitas interaksi individu.

Akibat lembur, banyak individu mengabaikan tanggung jawab keluarga mereka. Keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan sangat terganggu, menciptakan ketegangan dalam hubungan.

Hampir tidak ada waktu tersisa untuk bersosialisasi, sehingga kesempatan untuk mengembangkan hubungan sosial pun hilang, padahal ini penting untuk kesehatan mental.

Penting untuk menetapkan batasan yang realistis pada jam kerja. Dengan melakukannya, individu dapat mengelola waktu kerja dan pribadi dengan lebih baik.

Menyediakan waktu untuk istirahat sangat penting untuk pemulihan tubuh. Waktu istirahat yang cukup dapat meningkatkan produktivitas dan kesehatan secara keseluruhan.

Mengatur prioritas pekerjaan dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk lembur. Dengan perencanaan yang baik, individu bisa menyelesaikan tugas tepat waktu dan tetap memiliki waktu untuk diri sendiri.

Mengelola waktu kerja dan pribadi merupakan hal penting yang harus diprioritaskan oleh setiap pekerja. Kesehatan harus menjadi prioritas utama setiap individu. Keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan hidup sehari-hari akan berkontribusi pada kesehatan yang optimal.

Artikel Terkait