Dave Laksono: Kepemimpinan Bahlil di Golkar Dinilai Menolak Politik Dinasti

foto/istimewa

sekilas.co – Ketua Lembaga Komunikasi dan Informasi (LKI) DPP Partai Golkar, Dave Laksono, menyatakan bahwa puncak HUT ke-61 Partai Golkar menjadi momentum penting untuk menegaskan reposisi partai di bawah kepemimpinan Bahlil Lahadalia. Ia menilai pesan Presiden RI Prabowo Subianto mengenai kolaborasi nasional pasca-Pilpres 2024 sejalan dengan karakter Golkar sebagai partai moderat dan rasional.

LKI menekankan bahwa gaya kepemimpinan Bahlil yang menolak politik dinasti menegaskan posisi Golkar sebagai rumah bersama. Dave menambahkan bahwa sikap tersebut harus diwujudkan melalui komunikasi publik yang inklusif dan objektif.

Baca juga:

“Dengan begitu, Golkar tampil sebagai kekuatan politik yang adaptif dan relevan dalam menjawab dinamika sosial serta tantangan bangsa,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/12/2025).

“Melalui pidatonya, Pak Bahlil menegaskan bahwa Golkar merupakan institusi kader untuk seluruh anak bangsa, bukan milik dinasti mana pun. Ini menjadi pembeda penting dalam modernisasi struktur dan penyelarasan orientasi politik,” sambung Dave.

1. Gaya kepemimpinan Bahlil merancang ulang strategi komunikasi politik

Dave memastikan bahwa partai berlambang pohon beringin tersebut sejalan dengan kekhawatiran terkait tingginya biaya politik. Ia menyebut Golkar berkomitmen untuk mengedepankan etika kekaryaan.

“LKI melihat kehadiran tersebut sebagai pengakuan atas kepemimpinan Bahlil yang mampu menjaga stabilitas dan kohesi partai. Ketika Presiden menyinggung mahalnya biaya politik, LKI menafsirkannya sebagai mandat moral untuk mengembalikan Golkar pada etika kekaryaan, kerja kolektif, dan pelayanan publik yang terukur,” jelasnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR RI Fraksi Golkar itu juga menilai gaya kepemimpinan Bahlil memberikan energi baru terutama dalam merumuskan ulang strategi komunikasi politik.

“Golkar membutuhkan narasi yang disiplin dan keterbukaan data agar publik dapat merasakan kehadiran partai secara nyata. Komunikasi Pak Bahlil yang lugas dan jernih menjadi fondasi untuk membangun kembali kepercayaan publik melalui transparansi, konsistensi, dan ketepatan pesan,” tuturnya.

2. Tantangan Golkar ke depan bukan sekadar kemenangan elektoral

Dave menegaskan bahwa tantangan Golkar ke depan tidak hanya sebatas memenangkan kompetisi elektoral, tetapi juga memastikan program dan kinerja partai dapat diterima publik secara akurat.

Ia menyebut ekosistem politik digital menuntut kehadiran partai yang lebih aktif, transparan, dan responsif. LKI pun memperkuat kanal informasi dan memperluas jangkauan komunikasi guna membangun hubungan emosional yang sehat antara partai dan masyarakat melalui konten yang faktual dan komunikatif.

“LKI melihat keunggulan penting dari kepemimpinan Bahlil: komunikasi yang terbuka, tegas, dan membumi. Karakter ini menjadi modal strategis dalam memperkuat kredibilitas publik terhadap partai,” ungkapnya.

3. Peluang besar bagi Golkar untuk tampil sebagai partai yang efektif dan dipercaya publik

Dengan dukungan infrastruktur komunikasi yang diperkuat LKI, Golkar dinilai memiliki peluang besar untuk tampil sebagai partai pembangunan yang efektif, dekat dengan masyarakat, serta memiliki narasi institusional yang stabil dan dipercaya publik.

HUT ke-61 juga menegaskan transformasi Golkar menjadi partai dengan orientasi kinerja dan kepemimpinan strategis.

“Di bawah Ketum Bahlil Lahadalia, Golkar diarahkan menjadi institusi politik yang tanggap terhadap perubahan, berbasis solusi, dan mampu menjawab kebutuhan bangsa melalui kebijakan yang terukur,” tegas Dave.

Artikel Terkait