Dampak Rencana Pemisahan BSI BRIS dan Mandiri BMRI terhadap Kinerja Bank Syariah

foto/istimewa

Sekilas.co – Isu pemisahan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) dari kendali PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) belum padam dan terus menyeruak.

Di Kompleks Istana Kepresidenan, awal Juni lalu, mantan Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan bahwa pemisahan BSI dari Bank Mandiri sedang dalam proses kajian. Nantinya, BSI akan berada di bawah naungan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.

Baca juga:

“Belum, masih proses. Nanti Danantara yang akan ajukan ke kami. Kita lihat prospeknya,” ujar Erick.
Ia menambahkan bahwa Kementerian BUMN, yang kini telah bertransformasi menjadi Badan Pengaturan BUMN, hanya berperan sebagai regulator.
“Saya hanya melihat dari sisi pengawasan dan kebijakan,” lanjutnya.

Menjelang akhir kuartal IV/2025, isu pemisahan bank syariah terbesar di Indonesia itu kembali mencuat. Bank dengan logo pita emas tersebut dikabarkan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membahas rencana pemisahan dari Bank Mandiri.

Menurut laporan keuangan Bank Mandiri per kuartal III/2025, BSI merupakan aset syariah terbesar di Indonesia. Jika pemisahan benar terjadi, hal ini bukan hanya menyangkut aspek teknis pemindahan saham, tetapi juga arah bisnis dan pengaruh Bank Mandiri di industri keuangan nasional.

Hingga kuartal III/2025, BSI mencatat laba bersih Rp5,56 triliun, naik dari Rp5,11 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dari total laba bersih entitas anak Bank Mandiri sebesar Rp8,45 triliun, lebih dari setengahnya berasal dari BSI. Berdasarkan laporan kinerja entitas anak perseroan, BSI menyumbang laba bersih terbesar dengan nilai mencapai Rp5,56 triliun per September 2025.

Secara keseluruhan, laba bersih setelah pajak (NPAT) entitas anak Bank Mandiri mencapai Rp8,45 triliun hingga kuartal III/2025, turun tipis 0,95% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,54 triliun. Namun, laba bersih berdasarkan kepemilikan (NPAT by ownership) justru naik 3% menjadi Rp4,62 triliun dari Rp4,49 triliun.

Dari sisi aset, BSI yang sahamnya dimiliki 51,47% oleh Bank Mandiri mencatat total aset Rp416,57 triliun per September 2025, naik 4,14% secara kuartalan (QoQ) dan tumbuh 12,40% secara tahunan (YoY). Dengan capaian tersebut, BSI berkontribusi sekitar 70,1% terhadap total aset seluruh entitas anak Bank Mandiri yang mencapai Rp593,83 triliun.

Selain BSI, sejumlah entitas anak lain juga menopang kinerja grup, antara lain:

  • Mandiri Taspen, dengan aset Rp69,80 triliun (naik 8,23% YoY)

  • AXA Mandiri Financial Services, dengan aset Rp43,83 triliun (naik 2,61% YoY)

  • Mandiri Tunas Finance (MTF), dengan aset Rp28,80 triliun (turun 19,4% YoY)

  • Mandiri Utama Finance (MUF), dengan aset Rp17,09 triliun (tumbuh 16,22% YoY)

Secara total, aset gabungan seluruh anak usaha Bank Mandiri mencapai Rp593,83 triliun per September 2025, tumbuh 9,05% secara tahunan. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor perbankan dan asuransi yang masih mencatatkan kinerja positif.

Dengan kontribusi dominan dari BSI dan pertumbuhan solid di segmen keuangan lainnya, Bank Mandiri berhasil mempertahankan momentum kinerja entitas anak secara konsolidasi, di tengah ketatnya persaingan industri perbankan nasional.

Berdasarkan data Bank Mandiri, total aset konsolidasi per September 2025 tercatat sebesar Rp2.563,36 triliun, sedangkan aset BSI mencapai Rp416,57 triliun. Karena Bank Mandiri hanya memiliki 51,47% saham di BSI, maka porsi aset yang dikonsolidasikan ke laporan Bank Mandiri adalah Rp214,4 triliun (hasil dari 51,47% × Rp416,57 triliun).

Artikel Terkait