Cara Aman Berhenti dari Krim Dokter Tanpa Takut Breakout Kata Dermatolog

foto/istimewa

sekilas.coKadang kamu mungkin merasa lelah atau khawatir karena harus terus-menerus memakai krim dari dokter. Keinginan untuk berhenti dan beralih ke skincare biasa tentu bukan hal yang keliru. Namun, proses ini tetap perlu dilakukan secara perlahan agar kulit tidak kaget dan justru mengalami breakout.

Kulit yang terbiasa dengan bahan aktif dalam krim dokter membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali. Banyak dermatolog internasional menyarankan pendekatan yang lembut dan bertahap untuk menjaga kulit tetap stabil, terutama agar terhindar dari jerawat, iritasi, atau reaksi yang tidak terduga. Langkah paling penting saat berhenti dari krim dokter adalah tidak mengganti seluruh rangkaian skincare sekaligus. Menurut Dr. Michelle Henry, dermatolog asal New York dalam wawancaranya bersama Healthline, produk baru sebaiknya diperkenalkan satu per satu dengan jeda 5–7 hari agar kamu bisa menilai bagaimana reaksi kulit terhadap setiap produk.

Baca juga:

Rekomendasi ini juga sejalan dengan panduan American Academy of Dermatology yang menyarankan untuk memulai dari produk paling dasar, seperti cleanser atau moisturizer. Setelah kulit beradaptasi dengan baik, barulah kamu bisa menambahkan produk aktif seperti serum atau toner. Pada fase awal setelah berhenti memakai krim dokter, kulit biasanya lebih kering, sensitif, dan mudah kemerahan. Karena itu, fokus utama adalah memperkuat skin barrier. Dr. Marisa Garshick, board-certified dermatologist dalam wawancaranya dengan Allure, menekankan pentingnya memilih bahan seperti ceramide, hyaluronic acid, dan niacinamide untuk membantu memulihkan pertahanan alami kulit.

Situs Real Simple juga menambahkan bahwa moisturizer dengan kandungan humektan seperti glycerin dan panthenol sangat membantu menjaga hidrasi sekaligus mencegah kulit mengelupas. Jadi, pastikan produk yang kamu gunakan benar-benar ditujukan untuk pemulihan, bukan yang memberi stimulasi berlebih. Walaupun kamu mungkin ingin memakai produk brightening agar kulit tampak lebih cerah setelah berhenti dari krim dokter, ada baiknya ditunda dulu. Dr. Shereene Idriss, dermatolog ternama New York lewat kanal YouTube-nya The PillowtalkDerm, menyarankan untuk menghindari bahan seperti vitamin C, alpha arbutin, kojic acid, dan glycolic acid selama beberapa minggu awal.

Produk pencerah umumnya memiliki bahan aktif yang cukup kuat, dan jika digunakan pada kulit yang masih sensitif bisa menyebabkan kemerahan, pengelupasan, atau jerawat. Lebih baik fokus pada hidrasi dan pemulihan terlebih dahulu. Setelah skin barrier sudah kembali stabil, barulah kamu bisa memasukkan produk brightening secara bertahap. Untuk sementara, rutinitas skincare dasar cleanser lembut, moisturizer, dan sunscreen sudah cukup. Dr. Corey L. Hartman, dermatologist dari Birmingham melalui artikel di Byrdie, menjelaskan bahwa semakin sederhana skincare-mu, semakin kecil kemungkinan kulit mengalami reaksi negatif.

Kulit dalam masa transisi biasanya tidak kuat menerima terlalu banyak bahan aktif sekaligus. Oleh karena itu, rutinitas dasar memberi kesempatan bagi kulit untuk pulih secara alami. Pastikan juga produk yang digunakan bebas alkohol, fragrance, dan pewarna buatan. Selain skincare, kebersihan alat-alat yang menyentuh wajah juga tidak boleh diabaikan. Menurut The Sun UK, Dr. Vanita Rattan mengingatkan bahwa kuas makeup yang jarang dicuci, handuk wajah yang kotor, atau kebiasaan menyentuh wajah bisa menjadi penyebab breakout yang sering tidak disadari.

Karena itu, biasakan mengganti sarung bantal secara rutin, mencuci tangan sebelum menyentuh wajah, dan menghindari kebiasaan memencet jerawat. Langkah-langkah kecil seperti ini sangat membantu menjaga kulit tetap sehat dan meminimalkan masalah selama masa transisi dari krim dokter ke skincare harian.

Artikel Terkait