sekilas.co – Deputi III Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Mayjen Budi Irawan, memberikan laporan terbaru terkait jumlah korban akibat runtuhnya mushola di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.
Per Senin (6/10/2025), total korban meninggal mencapai 50 orang, setelah tujuh jenazah berhasil ditemukan pada Minggu (5/10/2025) dan Senin pagi.
Sementara itu, jumlah korban selamat tercatat 104 orang. Budi juga menyampaikan bahwa masih ada 13 korban yang tertimbun reruntuhan.
“Telah ditemukan tujuh jenazah lagi, sehingga diperkirakan masih ada 13 korban yang kami cari di lokasi runtuhnya musala di pondok pesantren Sidoarjo ini,” ujarnya.
“Total korban ada 154 orang, dengan 104 selamat dan 50 meninggal dunia,” tambahnya dalam konferensi pers Senin pagi.
Budi menyampaikan bahwa hingga saat ini, pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas dan TNI.
Ia menyebut evakuasi direncanakan akan rampung pada hari ini.
“Diharapkan pada hari ini kita akan selesai melakukan evakuasi terhadap 13 orang yang diperkirakan masih tertimbun,” jelasnya.
Budi juga menuturkan bahwa runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny menjadi peristiwa dengan jumlah korban terbanyak sepanjang tahun 2025.
Tragedi ini bahkan menewaskan lebih banyak orang dibandingkan bencana alam seperti banjir di Bali maupun banjir bandang di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Korban kali ini cukup besar menurut BNPB sepanjang 2025. Dari bencana alam sebelumnya, termasuk banjir bandang di Bali atau Nagekeo, jumlah korban paling banyak mencapai 50 orang meninggal,” ungkapnya.
Penyebab Robohnya Musala Versi BNPB
Sebelumnya, BNPB telah merilis penyebab robohnya musala di Ponpes Al Khoziny pada Selasa (30/9/2025).
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa musala runtuh akibat kegagalan teknologi, sehingga perlu antisipasi berupa penerapan standar keselamatan konstruksi yang ketat.
“Masyarakat dan pengelola bangunan bertingkat diimbau memastikan pengawasan teknis pembangunan agar kejadian serupa dapat dicegah di masa mendatang,” katanya.
Santri Ikut Ngecor, Musala Dibangun Baru 10 Bulan
Di tengah tragedi memilukan ini, terungkap fakta bahwa para santri yang mondok di ponpes tersebut turut melakukan pengecoran.
Hal ini diungkap oleh salah satu santri korban, Rizki Ramadhan (19). Saat peristiwa terjadi, Rizki sedang melakukan pengecoran bersama pekerja lain.
“Saya tidak tahu persis siapa saja yang tertimpa bangunan, karena waktu itu saya berada di atas ikut kerja,” ujar Rizki.
“Anak-anak di musala sedang salat asar, tiba-tiba bangunannya ambruk,” tambahnya pada Senin (29/9/2025), dikutip dari Tribun Jatim.
Menurut beberapa sumber, pengecoran yang dilakukan santri diduga merupakan hukuman jika tidak ikut kegiatan di ponpes.
Sementara itu, pengasuh Ponpes Al Khoziny, Abdul Salam Mujib, menyebut bahwa mushala tersebut mulai dibangun sekitar 9 hingga 10 bulan yang lalu, terhitung sejak pengerjaan pertama.
“Sudah lama, sekitar 9 sampai 10 bulan. Baru tiga lantai dek terakhir yang belum pakai genteng, langsung dek,” kata Abdul.





