Sekilas.co – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menyatakan optimistis bahwa Bengkulu dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, asalkan mampu menghadirkan sumber-sumber ekonomi baru dan tidak hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga serta belanja pemerintah.
Hal itu ia sampaikan dalam Sarasehan Perekonomian Bengkulu pada Selasa, 23 September 2025. Ia juga menuturkan bahwa pada triwulan II 2025, investasi telah memberikan kontribusi 4,19 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Jika terjadi perubahan signifikan, maka capaian investasi diproyeksikan mampu tumbuh hingga 7 persen.
KEPALA Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, optimistis Bengkulu mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Syaratnya, daerah perlu menciptakan sumber-sumber ekonomi baru, tidak hanya bergantung pada konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah.
“Bukan hal yang mudah, tetapi juga bukan hal mustahil untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Hanya saja, Bengkulu membutuhkan sumber ekonomi baru,” ujar Wahyu dalam acara Sarasehan Perekonomian Bengkulu, Selasa, 23 September 2025.
Ia menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Bengkulu dapat tercapai apabila dilakukan intervensi maksimal pada pertumbuhan investasi, peningkatan produksi dan hilirisasi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta penguatan infrastruktur di daerah.
“Penguatan infrastruktur salah satunya melalui pembangunan tol dan jalur distribusi barang serta jasa yang terintegrasi antara tol dan pelabuhan. Selain perizinan, jalur distribusi yang terintegrasi biasanya menjadi pertimbangan penting bagi investor,” ujarnya.
Ia menambahkan, pada triwulan II-2025 investasi memberikan kontribusi sebesar 4,19 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Bengkulu. Jika dilakukan perubahan signifikan, capaian investasi di Bengkulu berpotensi tumbuh hingga 7 persen.
Sementara itu, Analis Kebijakan Madya Kemenko Perekonomian, Tasya Pauline, mengatakan sejarah mencatat Indonesia pernah mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 1968, 1973, 1977, 1980, dan 1995. Capaian itu didorong oleh peningkatan sektor investasi serta pertumbuhan industri manufaktur, otomotif, dan jasa.
“Ditargetkan pada 2029 Indonesia dapat kembali mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, dengan fokus pada strategi dan program di tengah tantangan serta ketidakpastian global. Untuk mendukung target tersebut, pertumbuhan ekonomi 2026 diproyeksikan mencapai 6,3 persen,” ujar Tasya.
Ia menjelaskan, sektor-sektor penggerak pertumbuhan strategis antara lain sektor jasa yang ditopang oleh layanan keuangan, pariwisata, dan digitalisasi; industri manufaktur bernilai tambah tinggi; serta sektor agrikultur yang mampu mendukung kemandirian pangan.
Terakhir, sektor konstruksi menjadi pendorong penting bagi pembangunan infrastruktur. “Capaian ini juga harus didukung deregulasi serta kebijakan fiskal dan moneter yang pro-pertumbuhan, baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah,” tambahnya.





