Baik Hati dan Empati Kunci Kecantikan Sejati yang Mulai Dilupakan

foto/istimewa

Sekilas.co – Di tengah arus media sosial yang kian menonjolkan penampilan fisik, nilai-nilai seperti kebaikan hati dan empati sering kali tersisih dari definisi kecantikan. Padahal, para pakar kepribadian dan psikolog menyebut dua hal ini sebagai fondasi utama dari kecantikan sejati yang mampu bertahan seumur hidup.

Kecantikan fisik memang memikat pandangan pertama, namun kebaikan hati mampu menembus batas waktu dan situasi. Seseorang yang memiliki empati tinggi dan mudah peduli terhadap sesama, cenderung memancarkan aura positif yang tidak bisa ditiru oleh riasan atau penampilan luar. Itulah sebabnya, banyak orang merasa nyaman berada di dekat pribadi yang penuh kasih dan tulus.

Baca juga:

Menurut psikolog sosial dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Pratiwi, kecantikan emosional adalah bentuk daya tarik yang paling kuat.  Empati membuat seseorang mampu memahami perasaan orang lain. Dari situlah muncul kehangatan dan ketulusan yang tidak bisa dibuat-buat, ujarnya dalam wawancara kepada Media Perempuan Indonesia, Rabu (23/10).

Fenomena ini juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak figur publik yang dikenal bukan hanya karena wajah cantik atau penampilan glamor, tetapi karena kepedulian sosial yang mereka tunjukkan. Contohnya, para selebritas yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan justru mendapat lebih banyak penghargaan dari masyarakat, bukan karena popularitas, tetapi karena ketulusan mereka.

Dalam konteks sosial modern, sikap peduli sering menjadi  mata uang baru dalam menjalin hubungan. Orang yang tulus membantu tanpa pamrih dianggap lebih berharga dibanding mereka yang hanya menunjukkan kebaikan untuk pencitraan. Empati juga menjadi dasar penting dalam membangun kepercayaan, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional.

Para ahli juga menegaskan bahwa kebaikan hati memiliki efek psikologis positif. Tindakan sederhana seperti mendengarkan keluhan teman, membantu orang tua, atau sekadar memberikan senyum dapat meningkatkan hormon endorfin dan menurunkan stres. Dengan kata lain, berbuat baik tidak hanya membuat orang lain bahagia, tapi juga menyehatkan jiwa pelakunya.

Menumbuhkan empati bisa dimulai dari kebiasaan kecil  mendengarkan dengan perhatian, menghargai perasaan orang lain, dan tidak buru-buru menghakimi. Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, meluangkan waktu untuk memahami orang lain menjadi bentuk kemewahan emosional yang bernilai tinggi.

Pada akhirnya, kecantikan sejati bukan diukur dari wajah yang sempurna atau gaya hidup mewah, melainkan dari hati yang lembut dan pikiran yang peduli. Baik hati dan empati bukan sekadar sifat, tetapi cerminan karakter yang membuat seseorang benar-benar mempesona  dari luar dan dalam.

Artikel Terkait