sekilas.co – Direktur Utama PT Semen Baturaja Tbk. (SMBR), Suherman Yahya, menyampaikan bahwa industri semen saat ini tengah menghadapi kondisi kelebihan pasokan atau oversupply. Ia menjelaskan, berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, fenomena oversupply diperkirakan masih akan berlangsung hingga 2030. “Diproyeksikan sampai dengan tahun 2030 oversupply masih mungkin terjadi,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 2 Oktober 2025.
Lebih lanjut, Suherman menuturkan bahwa permintaan semen terhadap perseroan secara nasional tercatat turun 2 persen. Kendati demikian, wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) masih menunjukkan tren positif. Menurutnya, pertumbuhan permintaan di kawasan tersebut didorong oleh keberlanjutan program pemerintah, khususnya pembangunan infrastruktur dan perumahan.
Selain itu, Suherman menjelaskan bahwa peningkatan permintaan di Sumbagsel terjadi karena wilayah tersebut memang telah menjadi fokus pasar utama perseroan. Faktor ini juga ditopang oleh berjalannya berbagai proyek pemerintah maupun swasta, serta pertumbuhan sektor ritel yang mampu mendorong kenaikan volume penjualan.
“Karena itu, ini menjadi momentum bagi Semen Baturaja untuk terus memperkuat pertumbuhannya ke depan dengan memanfaatkan potensi Sumbagsel sebagai pusat pertumbuhan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia, Rahmat Hidayat, menyebutkan bahwa Semen Baturaja mencatat pertumbuhan laba sebesar 951 persen dengan kenaikan volume penjualan 21 persen. Pertumbuhan ini, menurutnya, terdorong oleh kerja sama perseroan dengan PT Semen Indonesia (Persero) atau SIG.
Dari sisi internal, Rahmat menambahkan bahwa Semen Baturaja telah berhasil menekan biaya produksi dan operasional, mengoptimalkan jalur distribusi, serta melakukan konsolidasi pasar dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di SIG. Biasanya, jalur distribusi Semen Baturaja meliputi wilayah Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Menurut Rahmat, kerja sama antara Semen Baturaja dan Semen Indonesia juga berhasil memperluas volume rantai pasok dari Aceh hingga Papua. Akses ini secara otomatis memberi ruang pasar yang lebih luas bagi Semen Baturaja. “Dua faktor inilah yang menjadi kunci utama peningkatan kinerja Semen Baturaja, baik dari sisi volume maupun laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya,” ujarnya.
Direktur Operasi Semen Baturaja, Taufik, menambahkan bahwa perseroan saat ini menerapkan strategi cost leadership dengan menekan biaya produksi melalui efisiensi penggunaan energi, pengurangan faktor klinker, serta pemanfaatan alternative raw material yang lebih ekonomis. Selain itu, Semen Baturaja juga mengadopsi teknologi plant automation melalui sistem Intelligence Process Control System (IPCS).
Taufik menjelaskan, IPCS merupakan sistem berbasis model prediktif yang mengoptimalkan operasi secara real-time saat proses produksi, sehingga lebih efisien. Sistem ini secara otomatis menghitung penggunaan bahan bakar, temperatur, dan kadar oksigen untuk mendapatkan proses produksi yang stabil, hemat energi, ramah lingkungan, sekaligus menjaga produktivitas dan kualitas produk.
“Semen Baturaja juga menerapkan sistem maintenance pada peralatan untuk memastikan operasi pabrik berjalan dengan prinsip operational excellence, sehingga keandalan dan kelancaran pabrik tetap terjaga dan operasi dapat berjalan optimal,” kata Taufik.





