Anemia pada Ibu Hamil di Pengungsian, Ancaman bagi Ibu dan Janin

foto/istimewa

sekilas.co – Kondisi darurat seperti banjir, bencana alam, perang, atau situasi krisis lainnya kerap memaksa banyak keluarga tinggal di pengungsian atau tempat yang tidak memadai. Ibu hamil termasuk kelompok yang paling rentan dalam kondisi ini. Risiko anemia pada ibu hamil di pengungsian menjadi masalah serius karena terbatasnya akses terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan, serta tingginya stres fisik dan psikologis.

Jika tidak ditangani dengan baik, anemia pada ibu hamil tidak hanya berdampak pada kesehatan ibu, tetapi juga meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan gangguan tumbuh kembang janin.

Baca juga:

1. Prevalensi anemia pada ibu hamil di pengungsian
Berbagai studi menunjukkan risiko anemia pada ibu hamil di pengungsian tergolong tinggi dan menjadi masalah kesehatan serius.

Penelitian pada ibu hamil pengungsi di Distrik Adjumani, Wilayah West Nile, Uganda, menemukan prevalensi anemia mencapai 52,6 persen. Dari angka tersebut, 28 persen mengalami anemia ringan, 24,1 persen anemia sedang, dan 0,7 persen anemia berat.

Pada studi lain di Kamp Pengungsian Kigeme, prevalensi anemia tercatat 20,8 persen. Faktor penyebab antara lain kurangnya variasi makanan, sering tidur dalam keadaan lapar, tidak rutin mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat, riwayat perdarahan selama kehamilan, serta minimnya konsumsi pangan hewani.

Temuan ini menegaskan bahwa keterbatasan akses pangan bergizi di lingkungan pengungsian secara langsung meningkatkan risiko anemia pada ibu hamil.

2. Dampak serius anemia yang tidak ditangani
Anemia yang tidak ditangani pada ibu hamil di pengungsian dapat memicu dampak serius bagi ibu maupun bayi.

Dari sisi ibu, anemia meningkatkan risiko kematian, perdarahan berlebihan saat persalinan, serta menurunkan kemampuan tubuh melawan infeksi di lingkungan pengungsian yang rentan penyakit.

Sementara bagi janin dan bayi baru lahir, anemia berhubungan dengan risiko kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), hingga kematian neonatal. Kombinasi faktor gizi buruk, akses layanan kesehatan terbatas, dan kondisi hidup yang tidak stabil menjadikan anemia ancaman serius yang membutuhkan penanganan cepat.

3. Pentingnya intervensi dini di lingkungan pengungsian
Tingginya risiko anemia pada ibu hamil di pengungsian menunjukkan perlunya intervensi yang terarah dan berkelanjutan. Edukasi kesehatan mengenai dampak anemia selama kehamilan menjadi langkah awal yang krusial, agar ibu hamil memahami pentingnya asupan gizi seimbang dan kepatuhan terhadap suplementasi zat besi dan asam folat.

Promosi kunjungan antenatal care sejak dini juga sangat dibutuhkan untuk mendeteksi anemia lebih awal dan mencegah komplikasi. Penyediaan suplemen zat besi dan folat secara konsisten di fasilitas kesehatan pengungsian menjadi kunci untuk menurunkan beban anemia pada ibu hamil yang sangat rentan.

Risiko anemia pada ibu hamil di pengungsian merupakan isu kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius. Tanpa intervensi tepat, seperti edukasi gizi dan akses antenatal care memadai, dampaknya dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Artikel Terkait