sekilas.co – BANJIR yang melanda Kota Semarang belum menunjukkan tanda-tanda surut setelah lebih dari sepekan. Genangan air masih merendam sejumlah wilayah, antara lain Gayamsari, Genuk, Pedurungan, Semarang Utara, dan Semarang Timur, dengan ketinggian air berkisar antara 10–80 sentimeter beberapa hari terakhir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa fenomena cuaca ekstrem ini dipicu oleh dinamika atmosfer skala besar. Berdasarkan pengamatan pada 28 Oktober 2025, hujan sangat lebat dengan intensitas di atas 100 mm per hari tercatat di beberapa wilayah Jawa Tengah, terutama Banjarnegara dan Kudus. “Hujan ekstrem ini terjadi karena aktivitas kuat Madden–Julian Oscillation (MJO) yang sedang melintas di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Pulau Jawa,” ujar Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, kepada Tempo, Jumat, 31 Oktober 2025.
“Aktivitas MJO ini,” kata Andri, “memiliki peran dalam meningkatkan pembentukan awan konvektif yang memicu hujan dengan intensitas tinggi.”
BMKG juga memprakirakan hujan sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Tengah pada 1 November 2025. Peluang hujan ini diperkuat oleh aktivitas gelombang Rossby ekuatorial yang bergerak di sekitar Jawa dan meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan.
BMKG mengimbau masyarakat dan pihak terkait untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. “Khususnya di wilayah yang memiliki risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor,” ujar Andri.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berencana menambah armada Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk mengurangi potensi hujan di wilayah hulu Semarang. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan kondisi cuaca di dataran tinggi Semarang masih labil sehingga banjir belum surut, meskipun kawasan hilir tidak lagi diguyur hujan.
“Kondisi ini membuat banjir di Kota Semarang seolah enggan pergi. Di sisi lain, keberadaan proyek tol dan tanggul laut turut memperlambat aliran air menuju laut,” kata Muhari melalui keterangan tertulis, Kamis, 30 Oktober 2025.
Berdasarkan pemantauan Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) BNPB, genangan masih terlihat di sepanjang Jalan Kaligawe Raya hingga wilayah Genuk, Kota Semarang, hingga Rabu, 29 Oktober 2025. Ketinggian air di depan RSI Sultan Agung bahkan kembali naik hingga 90 sentimeter.
Tim BNPB di lapangan melaporkan beberapa truk besar tampak terseok melewati jalur tersebut, sementara kendaraan kecil sama sekali tidak bisa melintas. Banyak pekerja di kawasan industri Kaligawe terpaksa menumpang truk-truk yang lewat.
Banjir juga masih merendam 15 kelurahan di tiga kecamatan. BNPB mencatat 22.669 jiwa terdampak, dan 39 jiwa harus mengungsi. Tiga warga lokal dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan air, sementara satu orang masih dalam pencarian.
Banjir Semarang Masih Bertahan Setelah Sepekan Apa Penyebabnya
sekilas.co – BANJIR yang melanda Kota Semarang belum menunjukkan tanda-tanda surut setelah lebih dari sepekan. Genangan air masih merendam sejumlah wilayah, antara lain Gayamsari, Genuk, Pedurungan, Semarang Utara, dan Semarang Timur, dengan ketinggian air berkisar antara 10–80 sentimeter beberapa hari terakhir.





