Sekilas.co – Dalam dunia yang semakin dikuasai oleh media sosial, definisi orang yang cantik kini mengalami pergeseran besar. Jika dulu kecantikan hanya diukur dari wajah yang mulus dan tubuh ideal, kini banyak kalangan menilai bahwa kecantikan sejati justru datang dari kepribadian dan rasa percaya diri. Fenomena ini menjadi topik hangat di berbagai platform digital, terutama di kalangan generasi muda.
Menurut pengamat budaya dan kecantikan, dr. Laila Handayani, M.Psi., persepsi masyarakat terhadap orang yang cantik semakin kompleks. Kecantikan tidak lagi hanya soal fisik. Publik mulai menghargai ketulusan, kepintaran, dan empati sebagai bagian dari daya tarik seseorang, ujarnya saat ditemui di Jakarta. Ia menambahkan, bahwa tren ini menunjukkan adanya pergeseran nilai menuju konsep inner beauty yang lebih inklusif.
Meski begitu, standar kecantikan fisik masih sering menjadi tekanan sosial, terutama bagi perempuan muda. Banyak dari mereka merasa harus memenuhi ekspektasi tertentu agar diterima oleh lingkungan atau media. Filter media sosial, tren make up, dan konten ‘glow up sering membuat orang lupa bahwa setiap wajah punya keindahan unik, ujar Dina Salsabila, seorang influencer kecantikan dengan 1,2 juta pengikut di TikTok.
Di sisi lain, industri kecantikan juga mulai menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Beberapa merek kosmetik besar kini mengusung kampanye Real Beauty dan menampilkan model dari berbagai latar belakang tanpa penyuntingan berlebihan. Strategi ini disambut positif oleh publik yang mendambakan representasi kecantikan yang lebih nyata dan beragam.
Tak hanya perempuan, konsep orang cantik juga kini mencakup laki-laki. Tren men’s grooming dan perawatan diri bagi pria semakin populer. Menurut survei dari Global Beauty Index 2025, 47% pria Indonesia kini rutin menggunakan produk perawatan wajah. Ini bukan tentang ingin terlihat feminin, tapi soal rasa percaya diri dan menjaga penampilan, ujar Rendy Saputra, pelatih gaya hidup sehat di Jakarta.
Psikolog sosial menilai bahwa kecantikan sejati bersumber dari rasa bahagia dan penerimaan diri. Seseorang yang nyaman dengan dirinya akan memancarkan aura positif yang membuatnya tampak lebih menarik di mata orang lain. Orang yang cantik tidak harus sempurna. Mereka yang berani menjadi diri sendiri justru lebih memikat, tutur dr. Laila menegaskan.
Fenomena ini juga tampak di dunia hiburan. Banyak artis dan figur publik kini berbicara terbuka tentang perjalanan mereka menuju penerimaan diri. Kampanye seperti LoveYourself dan BodyPositivity mendorong masyarakat untuk berhenti membandingkan diri dan mulai menghargai keunikan masing-masing. Pesan ini mendapat sambutan hangat dari netizen, terutama kalangan remaja.
Pada akhirnya, orang yang cantik bukanlah mereka yang mengikuti standar tertentu, melainkan yang berani menunjukkan versi terbaik dirinya. Kecantikan adalah kombinasi antara hati yang baik, pikiran yang positif, dan rasa percaya diri yang tulus. Di era digital ini, definisi cantik terus berkembang bukan untuk membatasi, tetapi untuk membebaskan setiap individu menjadi dirinya sendiri.





