Sekilas.co – Kementerian Kesehatan mengungkap sejumlah tantangan dalam upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di lapangan.“Edukasi yang harus disampaikan kepada masyarakat mengenai vaksin campak adalah bahwa vaksin ini aman dan efektif untuk mencegah penyakit campak, yang dapat menimbulkan komplikasi serius bahkan kematian,” ujar Kepala Biro Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Menurut Aji, tantangan pertama datang dari rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap imunisasi, sehingga target cakupan belum tercapai. Situasi ini diperburuk dengan munculnya ketidakpercayaan terhadap keamanan dan manfaat vaksin akibat hoaks atau disinformasi di media sosial maupun lingkungan sekitar.
Selain itu, faktor sosial-budaya, kondisi rumah, hingga gizi buruk juga memperberat risiko komplikasi campak. Karena itu, intervensi terpadu lintas program dan sektor lain diperlukan untuk menanganinya.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan sumber daya, baik dari segi tenaga maupun anggaran. Kondisi geografis di beberapa wilayah juga menjadi hambatan dalam mengakses layanan kesehatan, melaksanakan surveilans, maupun menjalankan program imunisasi.
Selain itu, sulit merujuk kasus ke fasilitas kesehatan apabila muncul komplikasi. Kapasitas tenaga kesehatan di lapangan juga masih bervariasi dalam hal deteksi dini, analisis data surveilans campak, serta pelaksanaan imunisasi respons KLB. Hal ini membuat respons terhadap KLB bisa terhambat,” ujar Aji.
Ia juga menyesalkan masih adanya kasus di mana anjuran isolasi tidak dipatuhi. Campak sering dianggap sebagai penyakit ringan, sehingga kepatuhan terhadap isolasi maupun protokol kesehatan kerap diabaikan.
Oleh karena itu, Kemenkes terus mengintensifkan edukasi, khususnya kepada para orang tua. Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa vaksin campak telah terbukti aman dan efektif mencegah penyakit campak. Efek samping yang mungkin timbul biasanya ringan, seperti demam atau ruam di area suntikan.
“Campak dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, radang otak (ensefalitis), bahkan kematian. Vaksin campak efektif dalam mencegah komplikasi tersebut,” tambahnya.
Selain melindungi kelompok rentan, vaksin juga berperan penting menangkal hoaks yang memengaruhi keputusan sebagian masyarakat untuk menolak imunisasi.
Kementerian Kesehatan pun melakukan berbagai langkah, antara lain memperkuat surveilans campak rubella dengan penyelidikan epidemiologi guna memungkinkan respons cepat dan memutus rantai penularan. Upaya ini termasuk pelacakan sumber penularan, penelusuran kontak erat, serta pencarian kasus tambahan yang mungkin belum dilaporkan namun berpotensi menimbulkan penularan.
Selain itu, dilakukan isolasi terhadap kasus campak untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, pemberian vitamin A kepada pasien guna mencegah komplikasi, serta pelaksanaan respons imunisasi berupa Outbreak Response Immunization (ORI) dan imunisasi kejar.
Kemenkes juga mengeluarkan surat kewaspadaan terhadap peningkatan kasus dan KLB campak kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten/Kota di Indonesia, sebagai acuan dalam melaksanakan upaya kewaspadaan dini dan respons penanggulangan KLB.





