Raja Juli Antoni Bahas Peluang dan Tantangan Ekowisata Indonesia

foto/istimewa

sekilas.co -Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyoroti rencana pengembangan ekowisata (eco-tourism) di sejumlah taman nasional, sekaligus mengungkap berbagai tantangan yang masih dihadapi. Ia berharap, di masa mendatang, taman-taman nasional Indonesia dapat berkembang menjadi destinasi ekowisata berkelas dunia.

Menurutnya, potensi ekowisata di Indonesia sangat besar, mengingat banyaknya taman nasional yang tersebar di berbagai pulau.
“Kita memiliki 73 taman nasional dan 174 taman wisata alam. Ekowisata bisa menarik banyak wisatawan serta meningkatkan pendapatan, sebagaimana taman safari di Afrika,” ujarnya.

Baca juga:

Namun, menurut Raja Juli Antoni, saat dirinya berkunjung ke sejumlah taman nasional, masih terdapat beberapa kendala yang dinilai belum mendukung terwujudnya mimpi pengembangan ekowisata.
Salah satu di antaranya adalah proses digitalisasi tiket masuk yang masih terbatas  sebagian besar kawasan masih menggunakan tiket kertas sobek, belum beralih ke sistem e-ticketing.

“Ketika saya blusukan, saya mendapati bahwa tiket masuknya ternyata masih berupa tiket sobek dari kertas,” ujar Raja Juli Antoni.
“Penggunaan tiket kertas seperti ini tentu kurang transparan dan berpotensi menyebabkan hilangnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),” tambahnya.

Kendala Tiket Nontunai

Namun, berkat hasil blusukan tersebut, Raja Juli Antoni mengungkap bahwa kini sudah ada sekitar 270 pintu masuk taman nasional yang mulai menerapkan pembayaran tiket secara nontunai (cashless).

“Dulu, di beberapa tempat banyak alasan mengapa pembayaran non-tunai belum bisa diterapkan — katanya karena tidak ada sinyal, tidak ada internet, atau sulit bekerja sama dengan pihak perbankan. Tapi setelah kami dorong bersama-sama, ternyata bisa. Kini tersisa sekitar tiga persen saja yang belum menerapkan sistem cashless,” ujarnya.

Raja Juli Antoni mengakui bahwa menata sejumlah taman nasional bukanlah hal yang mudah. Karena itu, ia memulai dari langkah-langkah sederhana, misalnya dengan menggelar lomba desain toilet untuk kawasan yang ditargetkan menjadi destinasi ekowisata.
“Bagaimana menciptakan toilet yang bersih, memenuhi standar eco-tourism yang baik — dan ternyata banyak sekali yang ikut. Dua minggu lalu pemenangnya sudah diumumkan, anak-anak kreatif Indonesia membuat desain toilet tanpa air, karena di daerah pegunungan memang sulit air,” jelasnya.

Menurut Raja Juli, taman nasional yang ideal bukan hanya harus bebas dari sampah, tetapi juga menjadi kawasan yang zero accident atau minim kecelakaan.

Kecelakaan dan Masalah Sampah

Ia kemudian menyinggung peristiwa yang terjadi di Gunung Rinjani beberapa waktu lalu yang sempat viral. Pada Juni 2025, seorang pendaki asal Brasil, Juliana Marins, dilaporkan tewas setelah terjatuh ke jurang sedalam lebih dari 500 meter saat melakukan pendakian di gunung tersebut.

“Karena itu, kami bersama-sama sedang melakukan grading jalur pendakian, untuk menentukan mana jalur dengan tingkat kesulitan grade A yang lebih mudah hingga jalur tersulit, guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan,” kata dia.

Selain keselamatan, persoalan sampah juga masih menjadi tantangan besar di kawasan taman wisata alam. Ia menilai, perlu adanya aturan tegas agar wisatawan maupun masyarakat benar-benar memperhatikan dan bertanggung jawab atas sampah yang mereka bawa.

“Misalnya, setiap pengunjung yang datang, sampahnya dihitung. Kalau membawa mi instan, misalnya, dihitung berapa bungkus saat datang, dan ketika pulang, kemasannya juga harus dihitung kembali,” ujarnya.

Artikel Terkait