Bukan Sekadar Tepuk Tangan, Ini Filosofi Religius di Balik Tepuk Sakinah yang Viral

foto/istimewa

Sekilas.co – Belakangan ini, “Tepuk Sakinah” yang diperkenalkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Video-video yang menampilkan yel-yel tersebut viral karena dinilai unik, ceria, dan mudah diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun di balik gerakannya yang sederhana dan menghibur, “Tepuk Sakinah” ternyata menyimpan makna religius yang dalam tentang pentingnya membangun keluarga yang harmonis, damai, dan penuh kasih sayang.

1. Makna dan Tujuan Tepuk Sakinah

Fenomena “Tepuk Sakinah” bermula dari unggahan sejumlah peserta kegiatan bimbingan perkawinan yang diadakan oleh Kemenag. Dalam video tersebut, peserta melakukan gerakan tepuk tangan berirama sambil melafalkan syair sederhana berbentuk yel-yel. Gerakannya tampak ringan, namun sarat pesan moral dan nilai keislaman.

Baca juga:

Kemenag menjelaskan bahwa “Tepuk Sakinah” bukan sekadar hiburan atau yel-yel biasa. Yel-yel ini merupakan media kreatif untuk mengingatkan masyarakat tentang lima pilar utama keluarga sakinah, yaitu nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi rumah tangga dalam Islam.

“Melalui Tepuk Sakinah, pilar-pilar keluarga sakinah dapat lebih mudah diingat dan suasana pembekalan menjadi lebih hidup dan menyenangkan,” ujar Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam), Abu Rokhmad, dikutip dari laman resmi Kemenag, Kamis (16/10/2025).

Abu Rokhmad menambahkan bahwa pendekatan seperti ini diharapkan bisa membuat pesan keagamaan lebih mudah diterima oleh masyarakat, terutama generasi muda. Dengan gaya yang interaktif dan positif, “Tepuk Sakinah” dianggap sebagai cara baru untuk menanamkan nilai-nilai keluarga Islami yang harmonis dan berkeadaban.

2. Lima Pilar Keluarga Sakinah

Dalam yel-yel “Tepuk Sakinah”, terkandung lima pilar utama keluarga sakinah yang menjadi dasar terbentuknya rumah tangga yang damai, tenteram, dan penuh cinta kasih. Kelima pilar tersebut antara lain:

  1. Zawaj (Berpasangan), Menekankan pentingnya pernikahan yang sah, tercatat, dan dilandasi oleh niat ibadah untuk membentuk keluarga yang berkah.

  2. Mitsaqan Ghalidzan (Janji Kokoh), Menggambarkan janji suci pernikahan yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab serta kejujuran antara suami dan istri.

  3. Mu’asyarah Bil Ma’ruf (Saling Berbuat Baik), Mengajarkan pentingnya hubungan yang harmonis, penuh kasih, saling menghormati, dan berbuat baik satu sama lain.

  4. Musyawarah (Bermusyawarah dalam Kebaikan), Mengedepankan dialog, keterbukaan, dan kerja sama dalam menyelesaikan berbagai persoalan rumah tangga.

  5. Taradhin (Saling Rela dan Menyenangkan), Mengajarkan sikap saling menerima, mengikhlaskan, dan menciptakan suasana rumah tangga yang menyenangkan dan damai.

Kelima pilar tersebut, kata Abu Rokhmad, menjadi pondasi utama dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, sebagaimana yang dicita-citakan dalam ajaran Islam. Melalui metode edukatif seperti “Tepuk Sakinah”, nilai-nilai luhur ini dapat tersampaikan dengan cara yang lebih ringan dan menyenangkan tanpa mengurangi kedalaman maknanya.

Kemenag berharap, viralnya “Tepuk Sakinah” di media sosial bukan hanya menjadi tren sesaat, melainkan menjadi gerakan moral bersama untuk memperkuat nilai-nilai keluarga dan memperkokoh ikatan sosial di tengah masyarakat modern.

Artikel Terkait