sekilas.co – Pernahkah kamu merasa minder dan kurang puas dengan penampilan sendiri? Jika perasaan itu terus mengganggu, kemungkinan ini bukan sekadar rasa insecure biasa.
Kondisi tersebut dikenal sebagai body dysmorphic disorder atau gangguan dismorfik tubuh, yang termasuk salah satu masalah kesehatan mental serius.
Penderitanya sering terlalu fokus pada penampilan atau satu bagian tubuh tertentu, sehingga melihat kekurangan yang sebenarnya tidak nyata atau sangat kecil.
Gangguan ini bisa berdampak besar pada kepercayaan diri, hubungan sosial, hingga kualitas hidup sehari-hari. Yuk, kenali lebih jauh tentang body dysmorphic disorder!
Apa Itu Body Dysmorphic Disorder?
Body dysmorphic disorder (BDD) adalah gangguan mental di mana seseorang terlalu fokus pada kekurangan dalam penampilannya. Menurut Mayo Clinic, kekurangan ini biasanya kecil atau bahkan tidak terlihat oleh orang lain.
Penderita BDD sering merasa cemas, malu, atau tidak nyaman dengan penampilan mereka. Bahkan, mereka bisa menghabiskan waktu lama di depan cermin untuk mencoba menutupi kekurangannya.
Gangguan mental ini bukan sekadar masalah penampilan fisik, melainkan kondisi serius yang sangat membutuhkan perhatian. Seseorang yang mengalami BDD harus segera mendapatkan penanganan.
Gejala Body Dysmorphic Disorder
Gejala body dysmorphic disorder dapat muncul dalam berbagai bentuk. Dilansir dari Everyday Health, penderita gangguan dismorfik tubuh biasanya terlalu sering memikirkan kekurangan fisiknya, bahkan berjam-jam setiap hari.
Mereka juga cenderung sering melihat cermin untuk memeriksa penampilan, membandingkan diri secara berlebihan dengan orang lain, serta mencari validasi dari orang lain.
Selain itu, gejala lain bisa berupa menghindari interaksi sosial karena merasa malu dengan penampilan. Tidak jarang, penderita juga mengalami depresi atau gangguan kecemasan bersamaan dengan kondisi ini.
Penyebab dan Faktor Risiko
Menurut laman Everyday Health, gangguan dismorfik tubuh dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, struktur otak, dan lingkungan sekitar.
Pengalaman masa kecil, seperti perundungan atau komentar negatif terkait fisik, juga dapat meningkatkan risiko. Tekanan sosial terkait standar kecantikan turut berperan.
Selain itu, orang dengan riwayat gangguan kecemasan atau depresi lebih rentan mengalami body dysmorphic disorder. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tandanya sejak dini.
Dampak Body Dysmorphic Disorder
Melansir dari Mayo Clinic, gangguan dismorfik tubuh dapat berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Penderitanya mungkin sulit berkonsentrasi karena pikiran terus-menerus terfokus pada penampilan.
Rasa malu yang berlebihan juga dapat membuat penderita menghindari aktivitas sosial. Kondisi ini pada akhirnya memperburuk isolasi diri dan berisiko menimbulkan depresi.
Selain memengaruhi interaksi sosial, gangguan ini juga bisa memicu perilaku kompulsif yang tidak sehat, sehingga mengganggu pekerjaan, sekolah, dan hubungan personal secara signifikan.
Cara Mengatasi Body Dysmorphic Disorder
Cara mengatasi body dysmorphic disorder membutuhkan kombinasi terapi dan dukungan yang tepat. Menurut Everyday Health, terapi kognitif perilaku (CBT) merupakan metode paling efektif untuk membantu mengubah pola pikir negatif tentang penampilan.
Penderita juga bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan medis yang sesuai, seperti obat-obatan untuk meredakan gejala cemas dan depresi akibat gangguan tersebut.
Selain pengobatan medis, dukungan keluarga dan teman sangat penting. Lingkungan yang suportif dapat membantu penderita lebih percaya diri.
Beauties, body dysmorphic disorder bukan masalah sepele yang bisa diabaikan. Gangguan ini merupakan masalah kesehatan mental serius yang memengaruhi pikiran, emosi, dan kehidupan sosial. Dengan mengenali gejalanya sejak dini, kita bisa lebih peduli terhadap diri sendiri maupun orang di sekitar.





