sekilas.co – Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef), Ariyo DP Irhamna, menekankan peran teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), sebagai hal penting bagi pemerintah dalam pembangunan infrastruktur logistik untuk meningkatkan daya saing sektor logistik dan rantai pasok nasional.
“Pembangunan infrastruktur logistik yang terintegrasi tetap menjadi kunci meningkatkan daya saing nasional, namun pemerintah juga perlu memanfaatkan AI yang berpotensi mempercepat upaya tersebut,” ujar Ariyo dalam keterangan bersama International Federation of Freight Forwarders Associations (FIATA) Asia Pasifik dan Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) di Jakarta, Selasa.
Ariyo menambahkan, penyusunan Perpres Penguatan Sektor Logistik harus memperhatikan pembangunan infrastruktur logistik yang mendukung aktivitas ekonomi sekaligus implementasi teknologi seperti AI dalam proyek-proyek infrastruktur tersebut.
“Jika AI dimasukkan dalam Perpres, para pelaku industri juga akan lebih serius mengadopsi AI dalam operasional bisnis mereka,” jelasnya.
Sementara itu, Chairperson FIATA Region Asia Pasifik sekaligus Ketua Dewan Pembina ALFI, Yukki Nugrahawan Hanafi, menilai adopsi dan implementasi AI di sektor logistik rantai pasok perlu didukung kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha nasional.
“Para pelaku usaha logistik kelas global sudah mengintegrasikan AI dalam operasi mereka, khususnya untuk membuat proses bisnis lebih cepat dan efisien,” kata Yukki.
“Ini menjadi indikasi bahwa peran AI tak bisa dihindari, sehingga sektor logistik rantai pasok nasional juga harus mulai membangun kapasitas operasionalnya secara serius,” tambahnya.
Berdasarkan laporan lembaga riset global Gitnux, sejumlah perusahaan global tahun ini memanfaatkan AI untuk operasional mereka. Laporan itu juga mencatat 60 persen perusahaan yang mengadopsi AI berhasil meningkatkan efisiensi operasional jasa pengiriman barang.
Yukki menambahkan, dengan adanya disrupsi dan tantangan perdagangan global pascapandemi COVID-19, intensitas geopolitik di rute pelayaran strategis, serta perang tarif, sektor logistik rantai pasok global sangat rentan terhadap ketidakpastian.
Dalam konteks ini, AI membantu pelaku usaha membaca lanskap saat ini sehingga keputusan bisnis bisa lebih akurat.
“Saat ini merupakan momentum penting bagi adopsi AI di sektor logistik rantai pasok agar terintegrasi dengan perdagangan global pasca-perang tarif. Akselerasi AI akan membantu sektor ini berkontribusi lebih tinggi terhadap target pertumbuhan ekonomi 8 persen Presiden Prabowo Subianto,” pungkasnya.





