Sekilas.co – Film “Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih”, disutradarai oleh Benni Setiawan, menarik perhatian bukan hanya karena judulnya yang panjang, tetapi juga keberaniannya mengangkat tema sensitif dan rumit menjadi komedi, yakni talak tiga.
Judul film ini sudah mencerminkan dilema inti ceritanya: apakah melanjutkan hubungan yang terasa salah atau mengakhirinya meski menyakitkan?
Diproduksi oleh SOEX Entertainment dan Drias Production, film ini mengusung genre komedi yang dibalut dengan drama percintaan penuh dilema.
Ceritanya berfokus pada pasangan suami-istri, Darian (Kevin Ardilova) dan Alfa (Mikha Tambayong), yang harus menghadapi konsekuensi dari pertengkaran mereka.
Tema talak tiga yang diangkat sangat dekat dengan kehidupan nyata, memberikan alasan kuat bagi penonton yang ingin menonton film yang tidak sekadar menghibur, tetapi juga menghadirkan momen refleksi.
Talak tiga sebagai sumber konflik
Yang paling menarik dari film ini adalah penggambaran situasi talak tiga dan dampaknya pada pernikahan.
Dalam ajaran Islam, talak tiga adalah perceraian yang tidak memungkinkan rujuk langsung. Mantan istri harus menikah dengan pria lain, menjalani rumah tangga sah, bercerai, baru kemudian bisa kembali menikah dengan mantan suaminya dikenal sebagai nikah “muhallil”.
Film ini secara jelas menampilkan aturan tersebut sebagai sumber konflik utama bagi Darian dan Alfa, yang keduanya masih saling mencintai.
Perpisahan menghadirkan dilema tersendiri; Darian harus rela melihat Alfa menikah sementara dengan pria lain agar mereka bisa kembali bersama. Perasaan cemburu dan campur tangannya dalam pernikahan “muhallil” menambah ketegangan, menunjukkan betapa sulitnya proses perpisahan, meski sementara.
Penulis skenario, Garin Nugroho, dikenal piawai menghadirkan cerita berlapis makna. Ia berhasil mengemas isu talak tiga yang berat menjadi narasi yang mudah dipahami tanpa kehilangan kedalaman. Film ini menekankan bahwa pernikahan tidak bisa dipermainkan dan komitmen adalah hal krusial.
Akting dan elemen pendukung
Kesuksesan film ini tidak lepas dari akting para pemain. Mikha Tambayong menampilkan sisi rapuh Alfa yang berjuang meraih kebahagiaan di tengah situasi sulit, sementara Kevin Ardilova memerankan Darian, sosok melankolis yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Ibrahim Risyad sebagai Zainun, pria yang menikahi Alfa untuk “muhallil”, menambah dilema bagi Darian.
Sutradara Benni Setiawan menekankan pentingnya aktor yang mampu memerankan berbagai lapisan emosi dari romansa, komedi, hingga drama. Ia memberi ruang improvisasi, sehingga akting terasa natural dan interaksi antar karakter otentik.
Film ini juga didukung aktor senior seperti Cut Mini dan Dewi Gita, menambah kedalaman cerita. Tissa Biani sebagai pemeran pendukung menghadapi tantangan besar menguasai bahasa Sunda, demi menampilkan nuansa lokal Jawa Barat dengan autentik. Meski pengucapan belum sepenuhnya konsisten, karakter orang Sunda seperti “darehdeh”, “daria”, “nyecep”, dan “ngajenan” tetap terasa dalam perannya.
Musik dan kalimat bijak yang mencuri perhatian
Musik film menjadi salah satu elemen menonjol. Deredia mengisi soundtrack dengan lagu-lagu bergenre “retro vibes” seperti “Malam Bergelora” dan “Fantasi Bunga”. Sutradara Benni Setiawan menyatakan bahwa pemilihan musik telah disetujui Garin Nugroho dan produser Bambang Drias sebelum syuting, menunjukkan musik menjadi bagian integral dari narasi, bukan sekadar pelengkap.
Deredia tetap mempertahankan identitas musik unik mereka bergaya 50-an, membuktikan musik otentik selalu punya tempat. Lagu “Malam Bergelora”, misalnya, menghadirkan kontras antara keindahan langit malam dengan kekacauan konflik rumah tangga.
Film ini juga menggunakan narasi dengan kalimat bijak yang kerap ditemukan di media sosial populer. Jika film seperti Dilan 1990 dikenal dengan kutipan romantis, film ini menekankan nasihat, kepasrahan, dan ironi hidup. Contohnya, perumpamaan “botol kalau sudah pecah biarpun ada perekatnya, ya pasti masih ada retak” menggambarkan bahwa meski rujuk berhasil, bekas luka perpisahan tetap ada.
Pada akhirnya, “Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih” adalah karya berani dan cerdas. Film yang tayang di bioskop mulai 25 September ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton merenung tentang makna komitmen, konsekuensi keputusan terburu-buru, dan kompleksitas talak tiga.
Film ini menunjukkan bahwa di balik tawa, terdapat kepedihan mendalam, dan di balik perpisahan rumit, tersimpan pelajaran berharga tentang hidup.





