Rupiah Melemah Terdampak Eskalasi Geopolitik di Eropa dan Timur Tengah

foto/istimewa

Sekilas.co – Analis mata uang sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh eskalasi geopolitik di Eropa dan Timur Tengah.

Pada penutupan perdagangan Senin sore, rupiah melemah 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.611 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.601 per dolar AS. Sedangkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini juga turun ke Rp16.607 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.578 per dolar AS.

Baca juga:

“Hari ini rupiah melemah ke Rp16.611, yang mencerminkan pelemahan mata uang secara keseluruhan, baik dari faktor eksternal maupun internal. Secara eksternal, geopolitik di Timur Tengah dan Eropa semakin memanas, di mana Rusia terus melakukan serangan sporadis terhadap wilayah Ukraina,” ujar Ibrahim melalui rekaman suara di Jakarta, Senin.

Sentimen negatif terhadap rupiah juga datang dari Timur Tengah, di mana sejumlah negara secara resmi mengakui Palestina, termasuk Inggris, Australia, dan Kanada.

“Di Timur Tengah situasinya semakin memanas, terutama menjelang Sidang Umum PBB, di mana banyak negara akan mengakui Palestina sebagai negara,” kata Ibrahim.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, melalui akun X resmi pada Minggu (21/9), melaporkan lebih dari 1.500 serangan drone, 1.280 bom udara berpemandu, serta 50 rudal berbagai tipe yang digunakan Rusia. Ribuan komponen persenjataan asing, lebih dari 132.000 unit, berasal dari banyak negara, termasuk Eropa, AS, China, Jepang, dan puluhan negara lainnya.

Zelenskyy menilai seluruh teknologi tersebut memungkinkan Rusia memproduksi senjata dalam skala besar. Ia memperingatkan bahwa jika Rusia tidak dihentikan, hal ini akan menjadi ancaman bagi negara-negara Eropa dan kawasan Indo-Pasifik. Karena itu, Zelenskyy mendorong pemberian paket sanksi ke-19 oleh Uni Eropa terhadap Rusia, termasuk pemblokiran seluruh pasokan persenjataan serta tekanan terhadap negara dan perusahaan yang mendukung mereka.

Seperti dilaporkan Anadolu, hari ini para pemimpin dunia berkumpul di New York, AS, dalam Sidang Majelis Umum PBB untuk membahas penyelesaian masalah Palestina. Sesi ini diperkirakan akan menyaksikan pengakuan Palestina oleh negara-negara seperti Prancis, Belgia, Luksemburg, Malta, Portugal, Andorra, dan San Marino.

Sementara itu, rezim Israel menegaskan kemungkinan pencaplokan untuk mencegah pengakuan Palestina, dan pemerintah AS tidak menentang rencana pencaplokan Tepi Barat yang diusulkan Kepala Otoritas Israel, Benjamin Netanyahu. Menlu AS, Marco Rubio, menyatakan pihaknya telah memperingatkan Eropa dan negara lain bahwa langkah pengakuan Palestina bisa mendapat respons keras dari otoritas Israel. Pernyataan ini menunjukkan AS tidak akan bertindak langsung untuk mencegah pencaplokan Tepi Barat, sekaligus menilai pengakuan negara Palestina oleh negara Eropa dapat mempersulit tercapainya kesepakatan damai di Gaza.

Selain faktor geopolitik, pelemahan rupiah juga dipengaruhi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) sebesar 25 basis points (bps), dengan kemungkinan 80 persen terjadi pada Oktober 2025.

“Para ekonom memperkirakan suku bunga akan diturunkan. Bahkan Neel Kashkari dari The Fed menyatakan ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga, padahal sebelumnya ia menekankan pentingnya mempertahankan tingkat bunga,” ujar Ibrahim.

Artikel Terkait