Sekilas.co – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan bahwa APBN 2025 mencatat defisit Rp321,6 triliun, setara dengan 1,35 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) per 31 Agustus 2025.
“Defisit APBN mencapai Rp321,6 triliun atau 1,35 persen PDB,” ujar Purbaya dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi September 2025 di Jakarta, Senin.
Hingga akhir Agustus, pendapatan negara terkumpul sebesar Rp1.638,7 triliun atau 57,2 persen dari outlook APBN 2025. Angka ini turun 7,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Rp1.777,3 triliun), dengan pelemahan hampir di seluruh komponen penerimaan.
Dari sisi perpajakan, realisasi mencapai Rp1.330,4 triliun atau 55,7 persen outlook, turun 3,6 persen dibandingkan tahun lalu. Penerimaan pajak menyumbang Rp1.135,4 triliun (54,7 persen outlook), terkoreksi 5,1 persen. Sebaliknya, penerimaan kepabeanan dan cukai justru naik 6,4 persen menjadi Rp194,9 triliun atau 62,8 persen outlook.
Sementara itu, PNBP mencapai Rp306,8 triliun (64,3 persen outlook), namun turun signifikan 20,1 persen secara tahunan.
Berbeda dengan pendapatan, belanja negara justru mencatat kenaikan. Per 31 Agustus 2025, realisasi belanja mencapai Rp1.960,3 triliun atau 55,6 persen outlook, tumbuh 1,5 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (Rp1.930,7 triliun).
Belanja pemerintah pusat (BPP) naik 1,5 persen dengan realisasi Rp1.388,8 triliun (52,1 persen outlook). Di dalamnya, belanja kementerian/lembaga (K/L) justru turun 2,5 persen menjadi Rp686 triliun (53,8 persen outlook), sedangkan belanja non-K/L meningkat 5,6 persen menjadi Rp702,8 triliun (50,6 persen outlook).
Adapun transfer ke daerah (TKD) mencapai Rp571,5 triliun atau 66,1 persen outlook, naik 1,7 persen dibandingkan tahun lalu.
Dengan realisasi tersebut, keseimbangan primer tercatat surplus Rp22 triliun, menunjukkan kapasitas fiskal Indonesia masih cukup kuat untuk mengelola pendapatan, belanja, dan utang.





