Mitos atau Fakta Ibu Hamil Tidak Boleh Makan Pare Saat Kehamilan Menurut Medis

foto/istimewa

sekilas.co –  Banyak ibu hamil yang bertanya-tanya, apakah aman mengonsumsi pare selama kehamilan?

Di satu sisi, pare dikenal sebagai sayuran bernutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti vitamin C, vitamin B, vitamin A, folat, serta mineral seperti kalsium, zink, dan zat besi. Namun, di sisi lain muncul kekhawatiran karena pare diduga mengandung senyawa yang dapat merangsang kontraksi rahim dan berpotensi memicu keguguran.

Baca juga:

Lantas, apakah anggapan tersebut benar atau hanya mitos? Yuk, pahami efek pare dan dampaknya bagi ibu hamil.

Pare sebenarnya menyimpan banyak nutrisi penting yang bermanfaat bagi ibu hamil, salah satunya melalui kandungan asam folat yang cukup tinggi. Dalam 100 gram pare, terdapat sekitar 72 mcg folat.

Selain folat, pare juga mengandung vitamin C, A, B, E, dan K. Sayuran ini juga kaya mineral yang baik untuk kehamilan, seperti kalium, kalsium, magnesium, fosfor, zat besi, zink, dan mangan. Folat berperan penting dalam pembentukan sistem saraf janin dan melindungi bayi dari risiko cacat tabung saraf atau neural tube defect.

Sementara itu, vitamin C bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh ibu hamil dan berperan sebagai antioksidan. Mencukupi kebutuhan kalsium selama kehamilan juga membantu pertumbuhan tulang dan gigi janin serta menurunkan risiko preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

Pare juga kaya akan serat. Serat berfungsi melancarkan pencernaan dengan memperbaiki gerakan usus, sehingga dapat mencegah sembelit dan membuat buang air besar lebih lancar. Selain itu, serat membantu mengontrol kadar gula darah dan mendukung pengelolaan diabetes pada ibu hamil.

Tak hanya itu, serat juga membantu mengurangi penyerapan kolesterol di usus dan menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat. Efek mengenyangkan dari serat membuat lambung terisi lebih lama, sehingga mengurangi rasa lapar berlebihan dan membantu ibu hamil menghindari konsumsi makanan atau minuman manis dan berkalori tinggi secara berlebihan.

Ditambah lagi, pare memiliki sifat antioksidan dan antibakteri yang dapat membantu menjaga daya tahan tubuh ibu hamil agar tetap kuat menghadapi berbagai perubahan selama masa kehamilan. Karena manfaatnya tersebut, pare sebenarnya aman dikonsumsi selama dalam jumlah wajar.

Selain vitamin dan mineral, pare juga mengandung alkaloid, yaitu komponen fitokimia aktif yang memberikan efek biologis dalam tubuh. Alkaloid yang terkandung dalam pare antara lain momordicin, vicine, charantin, dan quinolone alkaloid.

Masing-masing senyawa tersebut memiliki efek yang berbeda, tetapi secara umum memberikan manfaat seperti efek antidiabetik, antibakteri dan antimikroba, antivirus dan antiparasit, serta efek antioksidan dan antiinflamasi.

Meski kaya nutrisi, pare juga dapat menimbulkan efek toksik jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Beberapa efek yang dapat muncul antara lain

Kandungan momordicin yang memberi rasa pahit serta saponin dapat mengiritasi lambung dan menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, diare, dan nyeri perut.

Dalam dosis tinggi, kandungan charantin dapat memicu hipoglikemia berat atau kadar gula darah yang turun terlalu rendah, terutama bila dikonsumsi bersamaan dengan obat diabetes.

Pare juga mengandung vicine. Berdasarkan studi pada hewan (karena belum ada penelitian pada manusia), vicine dapat merangsang kontraksi rahim. Selain itu, vicine juga dapat menyebabkan hemolisis, yaitu kerusakan sel darah merah yang lebih cepat dari seharusnya.

Karena adanya potensi vicine dalam pare yang dapat menstimulasi kontraksi rahim berdasarkan studi pada hewan, ibu hamil disarankan untuk tidak mengonsumsi pare secara berlebihan atau terlalu sering.

Meskipun belum ada penelitian langsung pada manusia, kontraksi rahim selama kehamilan diketahui dapat meningkatkan risiko keguguran atau persalinan prematur. Kandungan vicine paling banyak terdapat pada biji pare. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari konsumsi biji pare, jus pare pekat, maupun ekstrak pare, karena kadar vicine dalam bentuk tersebut tidak dapat diketahui secara pasti.

Cara konsumsi yang paling disarankan adalah mengonsumsi pare dalam bentuk sayur matang dan dalam jumlah sewajarnya.

Reaksi alergi terhadap pare memang bisa terjadi, meskipun tergolong jarang dibandingkan alergi makanan lain seperti seafood. Gejalanya bervariasi, mulai dari yang ringan seperti gatal, mual, diare, dan bengkak, hingga reaksi berat seperti sesak napas dan syok anafilaktik.

Pare memiliki banyak manfaat nutrisi untuk ibu hamil, tetapi tetap perlu dikonsumsi dengan bijak. Konsumsi dalam jumlah wajar dan hindari bentuk ekstrak atau jus pekat untuk meminimalkan risiko. Jika ragu atau memiliki kondisi medis tertentu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan tenaga medis.

Artikel Terkait