sekilas.co – Desa Penglipuran merupakan desa adat di Kabupaten Bangli yang terkenal karena kehidupan tradisionalnya yang masih terjaga dengan baik. Desa ini juga dikenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia dan memiliki kawasan hutan bambu yang dilestarikan hingga kini.
Suasana tenang dan asri dari hutan bambu tersebut sangat cocok bagi kamu yang ingin merasakan kedamaian alam Bali. Selain berwisata, kamu juga dapat mengetahui bagaimana bambu memiliki peran penting bagi masyarakat setempat sebagai simbol keseimbangan alam dan spiritualitas, sehingga kelestariannya dijaga melalui tradisi turun-temurun. Tertarik mengunjungi tempat ini? Yuk, simak informasi lengkap tentang Desa Penglipuran dan Hutan Bambunya yang tetap terpelihara sampai sekarang!
1. Lokasi, Jam Operasional, dan Tiket Masuk Desa Penglipuran
Desa Penglipuran berada di Jalan Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.30 Wita. Untuk masuk ke kawasan desa, pengunjung dikenakan tiket mulai dari Rp15.000 sampai Rp50.000 per orang. Daya tarik utama desa ini terletak pada pelestarian kearifan lokalnya.
Mulai dari konsep tata ruang adat Tri Mandala yang tertata rapi, keseragaman arsitektur rumah tradisional, jalan batu padas yang bersih, hingga suasana asri yang dipenuhi hutan bambu sebagai pelindung desa. Kamu bisa menjelajahi area desa sampai ke hutan bambu, dan mampir ke rumah-rumah warga yang menyediakan makanan, minuman, serta kerajinan khas. Desa ini juga diakui UNESCO sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Tidak ada kendaraan bermotor yang diizinkan masuk ke area utama desa sehingga suasananya terasa damai dan berbeda dari kebanyakan tempat wisata di Bali.
2. Hutan Bambu yang Menyegarkan
Hutan Bambu Desa Penglipuran terletak di bagian utara desa. Kamu hanya perlu berjalan kaki sekitar 5–10 menit dari pintu masuk untuk mencapai kawasan ini. Dengan luas sekitar 45 hektare dan berisi 14 jenis bambu, kamu akan disambut deretan bambu tinggi yang membentuk lorong alami yang sejuk dan menenangkan. Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah bambu menciptakan pemandangan menawan. Kini juga tersedia Bamboo Cafe di tengah kawasan hutan yang buka setiap hari pukul 09.00–17.00 Wita, cocok untuk bersantai sambil menikmati makanan dan minuman setelah eksplorasi.
3. Dianggap Sakral dan Dijaga Kelestariannya
Hutan bambu ini masih dianggap sakral oleh masyarakat Penglipuran karena dipercaya sebagai bagian dari sejarah awal desa. Mereka pun memiliki waktu-waktu tertentu yang dianggap tepat untuk menebang bambu, dan tidak melakukannya saat musim hujan karena rebung mengandung terlalu banyak air. Tradisi ini merupakan bentuk penerapan prinsip Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan manusia dan alam.
Kelestarian hutan bambu sangat dijaga karena manfaatnya yang besar, mulai dari menjaga ekosistem, mencegah banjir dan tanah longsor, hingga membantu konservasi air tanah. Bambu juga menjadi bahan penting bagi masyarakat Bali, seperti penjor, tiang ogoh-ogoh, anyaman tempat sesajen, material atap angkul-angkul, bangunan dapur, balai upacara, hingga pura. Sifat bambu yang kuat dan lentur membuatnya sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Wisata Hutan Bambu Desa Penglipuran adalah pilihan tepat untuk melepas penat dari hiruk pikuk kota sambil menikmati keindahan alam Bali. Dengan pemandangan yang menenangkan serta komitmen masyarakat dalam melestarikannya, kawasan ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga pengingat pentingnya menjaga harmoni alam demi masa depan yang lebih baik.





