Layanan Internet Terganggu di 602 Titik Imbas Banjir Sumatera

foto/istimewa

sekilas.co – DIREKTUR Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Digital Fadhilah Mathar mengatakan akses internet di 602 lokasi yang terdampak banjir dan longsor terganggu. Dari jumlah itu, pemerintah masih berupaya memulihkan 189 titik di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Per Sabtu, 6 Desember 2025, Fadhilah mengatakan kementeriannya telah memulihkan 413 titik. “413 dari 602 lokasi di wilayah Sumatera terdampak banjir berhasil dipulihkan dan digunakan warga,” katanya kepada awak media di Cikarang, Jawa Barat, Rabu, 10 Desember 2025.

Baca juga:

Fadhilah mengatakan di wilayah Aceh ada 348 dari enam kabupaten yang terdampak. Sementara itu, di Sumatera Barat ada 49 titik di Kabupaten Padang Pariaman dan Sumatera Utara ada 205 lokasi terdampak dari delapan kabupaten.

Di samping itu, Fadhilah menambahkan, kementeriannya telah menyediakan 17 lokasi akses internet darurat di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. “Bakti telah menyediakan 17 lokasi akses internet darurat,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan kerusakan Base Transceiver Station (BTS) mencapai titik terparah pada 2 Desember 2025. Namun, kebutuhan telekomunikasi di area bencana Sumatera, termasuk yang terdampak tanah longsor, bisa disokong dengan internet darurat.

“Konektivitas sementara melalui satelit, kami deploy (tempatkan) di wilayah-wilayah yang terdampak,” ujar Meutya pada Kamis, 4 Desember 2025, dikutip dari keterangan tertulis.

Beberapa layanan yang merambah ke area bahala, kata dia, antara lain SATRIA-1, internet satelit Starlink, serta layanan satelit mandiri PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN). “Kami masih melihat di mana (wilayah) nanti diperlukan untuk bantuan satelit,” tutur Meutya.

Kementerian Komunikasi dan Digital sudah menyediakan 10 titik layanan internet darurat berbasis satelit SATRIA-1. Menurut Meutya, perangkat warga di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara dapat kembali terhubung ke internet meski infrastruktur konektivitas lokal sedang terganggu. Teknologi seperti SATRIA-1 memang dirancang menjangkau wilayah 3T dan daerah yang sulit diakses.

Artikel Terkait