Wisata Hutan Bambu Desa Penglipuran Bali Destinasi Alam Hijau yang Sakral

foto/istimewa

sekilas.coDesa Penglipuran merupakan desa adat di Kabupaten Bangli yang terkenal dengan kehidupan tradisionalnya yang masih terjaga. Desa ini juga mendapat pengakuan sebagai salah satu desa terbersih di dunia, serta memiliki hutan bambu yang dilestarikan hingga saat ini. Hutan bambu di Desa Penglipuran menawarkan suasana tenang dan asri, cocok bagi wisatawan yang ingin menikmati kedamaian alam Bali.

Selain berwisata, pengunjung bisa belajar tentang pentingnya bambu dalam kehidupan masyarakat setempat. Bambu menjadi simbol keseimbangan alam dan spiritualitas, sehingga masyarakat desa selalu menjaga kelestariannya lewat tradisi yang telah ada turun-temurun.

Baca juga:

Desa Penglipuran berlokasi di Jalan Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa wisata ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.30 Wita. Pengunjung dikenai tiket masuk mulai dari Rp15.000 hingga Rp50.000 per orang.

Daya tarik utama desa ini terletak pada pelestarian kearifan lokal yang kuat. Mulai dari tata ruang adat Tri Mandala yang rapi, arsitektur rumah tradisional yang seragam, jalan berundak dari batu padas yang bersih, hingga lingkungan yang asri dengan hutan bambu sebagai pelindung. Pengunjung bisa berkeliling area desa hingga hutan bambu, dan mampir ke rumah warga yang menawarkan makanan, minuman, serta souvenir khas.

Desa ini juga dikenal bebas kendaraan bermotor di area utama, sehingga menciptakan suasana damai dan unik yang jarang ditemui di tempat lain di Bali.

Hutan Bambu Desa Penglipuran berada di sebelah utara desa utama. Pengunjung dapat berjalan kaki dari pintu masuk utama selama 5–10 menit untuk mencapai kawasan hutan. Hutan ini memiliki luas 45 hektar dengan 14 jenis bambu. Saat memasuki hutan, pengunjung akan disambut deretan pohon bambu tinggi menjulang dan lorong alami yang sejuk. Pencahayaan alami yang masuk melalui celah-celah bambu menciptakan pemandangan yang mempesona.

Di tengah hutan terdapat Bamboo Cafe, yang buka setiap hari pukul 09.00–17.00 Wita. Pengunjung bisa bersantai sambil menikmati makanan dan minuman setelah berkeliling hutan.

Hutan bambu di Desa Penglipuran dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Mereka memiliki aturan khusus terkait penebangan bambu, misalnya tidak memanen bambu saat musim hujan karena rebung terlalu berair. Hal ini merupakan wujud keseimbangan manusia dan alam, sesuai filosofi Tri Hita Karana.

Selain sakral, bambu memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, mulai dari menjaga ekosistem, mencegah banjir, hingga konservasi air. Batang bambu dewasa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tiang penjor, penopang patung ogoh-ogoh, bahan anyaman sesajen, hingga bangunan rumah adat dan pura.

Gunakan alas kaki yang nyaman untuk berjalan di area hutan.

Pakai topi atau penutup kepala untuk melindungi diri dari sinar matahari.

Datang pada pagi hari atau sore hari untuk mendapatkan suasana sejuk dan nyaman.

Wisata Hutan Bambu Desa Penglipuran merupakan tempat sempurna untuk melarikan diri dari keramaian kota dan menikmati kedamaian alam Bali. Keindahan alam yang memukau, ditambah upaya pelestarian lingkungan yang baik, menjadikan hutan ini bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga simbol pentingnya menjaga keseimbangan alam demi masa depan yang lebih baik.

Artikel Terkait