sekilas.co – Ustaz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan pesan penting kepada elite politik nasional terkait bencana alam yang melanda beberapa wilayah di Sumatra, yaitu Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, yang baru-baru ini mengalami banjir bandang dan tanah longsor.
Melalui video yang diunggah di kanal YouTube pribadinya, Adi Hidayat Official, pada Minggu (30/11), UAH meminta agar dinamika politik dan atraksi-atraksi politik yang tengah terjadi dihentikan sementara. Fokus utama, menurutnya, harus diarahkan pada penanganan kemanusiaan dan pemulihan daerah yang terdampak bencana.
“Saya mohon kepada para elite, tolong stop dulu beragam dinamika politiknya, beragam atraksi-atraksi politiknya. Mohon perhatian kalian dengan tulus diarahkan dulu pada saudara-saudari kita yang berada di tiga wilayah ini,” ujar UAH dalam video tersebut, yang kemudian dikutip oleh sekilas.co pada Sabtu (6/12).
Solidaritas Nasional dan Prioritas Pemulihan Bencana
Dalam pernyataannya, UAH menekankan pentingnya solidaritas nasional dan mengingatkan bahwa prioritas negara saat ini seharusnya adalah pemulihan pasca-bencana, bukan kepentingan politik praktis. Banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di Sumatra telah menyebabkan kerusakan besar, termasuk rusaknya ribuan rumah dan infrastruktur.
Banjir yang terjadi bukan disebabkan oleh luapan laut, melainkan oleh aliran dari gunung, lereng, dan sungai yang tiba-tiba meluap akibat hujan deras. Selain itu, arus deras juga membawa ribuan batang pohon besar dan kayu gelondongan yang memperparah keadaan.
Kerusakan Lingkungan dan Penyebab Bencana
UAH juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait kerusakan lingkungan yang turut memicu terjadinya bencana tersebut. Ia menyebutkan bahwa bencana ini mungkin merupakan dampak dari ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, termasuk penebangan liar dan perusakan hutan.
“Bila ada musibah akibat dampak dari kerusakan, baik dari kerusakan lingkungan, alam, ataupun sekitaran kita, itu tidak jauh akibat dari ulah tangan-tangan manusia,” jelasnya.
Dalam pengamatannya, hutan yang gundul akibat penebangan liar menyebabkan kayu-kayu gelondongan terbawa arus banjir, memperburuk kerusakan, dan mengancam habitat satwa langka seperti harimau dan gajah yang berada di wilayah tersebut.
Seruan untuk Taubat Nasional dan Introspeksi Kolektif
Melalui pernyataannya, UAH juga mengajak masyarakat untuk melakukan introspeksi dan evaluasi diri secara kolektif. Ia menyerukan taubat nasional, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama melakukan perbaikan diri dan introspeksi.
“Kita semua mari melakukan evaluasi secara kolektif, muhasabah diri, introspeksi dalam bahasa agama tobat secara nasional untuk kita semua tanpa kecuali,” ungkapnya.
Menurutnya, musibah yang terjadi bukan hanya untuk diterima begitu saja, tetapi seharusnya menjadi bahan renungan agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapi alam dan menghindari keserakahan terhadap sumber daya alam.
“Takdir itu bukan untuk diterima begitu saja, takdir itu untuk diterima oleh kita dengan perenungan, pemikiran, perubahan untuk menjadi lebih baik,” lanjut UAH.
Koordinasi Bantuan dengan Lembaga Resmi
UAH juga mengimbau agar masyarakat yang memiliki kemampuan untuk membantu korban bencana agar berkoordinasi dengan lembaga resmi seperti BNPB dan Basarnas, untuk memastikan bantuan yang diberikan tidak tumpang tindih dengan tugas lembaga-lembaga tersebut.
“Kita bisa menginventarisir beragam bentuk keperluan yang dibutuhkan, khususnya kita bisa kerjasamakan dengan Basarnas dan BNPB agar tidak tumpang tindih dengan apa yang menjadi tugas utama (tupoksi) mereka,” tegasnya.
Dengan berkoordinasi dengan lembaga resmi, diharapkan bantuan masyarakat dapat melengkapi kekurangan yang belum tercakup oleh pemerintah.
Dukungan Moral untuk Korban
Di akhir pernyataannya, UAH memberikan dukungan moral kepada para korban bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Ia menekankan bahwa meskipun tidak berada di lokasi, doa dan perhatian dari masyarakat tetap mengalir untuk mereka.
“Marilah pusatkan perhatian kita pada saudara-saudari kita yang ada di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Kalian tidak sendirian, walaupun saat ini kami tidak di sana, tapi doa perhatian kami karena kami menyayangi Anda semua karena Allah,” pungkasnya.





