sekilas.co – Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Banyak warganya mampu hidup sehat dan bahagia hingga usia 100 tahun atau lebih, salah satunya adalah Dr. Shigeaki Hinohara.
Dr. Shigeaki Hinohara adalah seorang dokter ahli asal Jepang yang hidup hingga usia 105 tahun. Ia meninggal pada 2017, dan di akhir hidupnya menjabat sebagai ketua emeritus Universitas Internasional St. Luke serta presiden kehormatan Rumah Sakit Internasional St. Luke di Tokyo.
Dalam bukunya yang berjudul Living Long, Living Good, Hinohara membagikan rahasia hidup panjang, sehat, dan bahagia. Dirangkum dari CNBC Make It, berikut ulasannya:
Menolak Pensiun Sebelum Usia 65 Tahun
Di Amerika Serikat (AS), usia pensiun rata-rata berkisar sekitar 65 tahun. Beberapa tahun terakhir, banyak masyarakat AS yang mengikuti gerakan FIRE (Financial Independence, Retire Early), yaitu gaya hidup hemat untuk pensiun lebih dini demi mencapai kebebasan finansial. Di Indonesia, rata-rata usia pensiun adalah 58 tahun.
Namun, Hinohara memiliki pandangan berbeda tentang pensiun. Menurutnya, seseorang sebaiknya tidak pensiun sebelum mencapai usia 65 tahun.
“Tidak perlu pensiun, tapi jika harus pensiun, usianya harus lebih dari 65 tahun,” ujarnya dalam wawancara tahun 2009 dengan The Japan Times.
“Usia pensiun saat ini ditetapkan pada 65 setengah abad yang lalu, ketika rata-rata harapan hidup di Jepang hanya 68 tahun dan hanya 125 orang Jepang yang berusia di atas 100 tahun,” tambahnya.
Saat ini, harapan hidup manusia meningkat. Di AS, misalnya, angka harapan hidup pada tahun 2020 mencapai 78,93 tahun, naik 0,08 persen dibanding tahun 2019. Oleh karena itu, pensiun bisa dilakukan lebih lama di kemudian hari.
Hinohara memutuskan untuk tidak pensiun. Hingga beberapa bulan sebelum meninggal, ia terus merawat pasien, membuat buku janji temu hingga lima tahun ke depan, dan bekerja hingga 18 jam sehari.
Rutin Olahraga dan Menjaga Pola Makan
Hinohara menekankan pentingnya olahraga teratur dan tetap aktif bergerak.
“Saya menaiki dua anak tangga sekaligus untuk melatih otot-otot saya,” ujarnya.
Saat bepergian, Hinohara selalu membawa paket dan kopernya sendiri. Dalam setahun, ia bisa memberikan hingga 150 kuliah atau seminar, biasanya berdurasi 60–90 menit, dan menariknya, semua itu dilakukan sambil berdiri!
Ia juga menekankan bahwa orang yang hidup sangat panjang umumnya tidak mengalami kelebihan berat badan. Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor risiko paling signifikan yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Hinohara juga menjaga pola makannya. Untuk sarapan, ia mengonsumsi segelas kopi, susu, dan jus jeruk yang ditambah satu sendok makan minyak zaitun. Penelitian menunjukkan bahwa minyak zaitun memiliki banyak manfaat kesehatan, termasuk menjaga kebersihan arteri dan menurunkan risiko penyakit jantung.
“Makan siang saya biasanya hanya susu dan beberapa kue, atau terkadang tidak sama sekali jika terlalu sibuk,” lanjutnya.
“Saya tidak pernah merasa lapar karena fokus pada pekerjaan. Makan malam terdiri dari sayuran, sedikit ikan, dan nasi. Dua kali seminggu saya mengonsumsi 100 gram daging tanpa lemak,” tambahnya.
Menyibukkan Diri
Menurut Hinohara, tidak memiliki jadwal yang padat merupakan cara pasti untuk menua lebih cepat dan meninggal lebih dini. Namun, penting untuk tetap sibuk bukan sekadar untuk kesibukan itu sendiri, melainkan terlibat dalam aktivitas yang membantu mencapai tujuan hidup.
Pasalnya, seseorang bisa saja merasa sibuk, tetapi tetap merasakan kekosongan dan kehampaan di sela-sela rutinitasnya.
Hinohara menemukan tujuannya sejak dini, setelah nyawa ibunya diselamatkan oleh dokter keluarga.
Janit Kawaguchi, seorang jurnalis yang menganggap Hinohara sebagai mentor, mengatakan, “Dia percaya hidup adalah tentang kontribusi, jadi dia memiliki dorongan luar biasa untuk membantu orang, bangun pagi, dan melakukan hal-hal luar biasa bagi orang lain. Inilah yang memberinya semangat dan membuatnya tetap hidup.”
“Sungguh menyenangkan bisa berumur panjang,” kata Hinohara dalam wawancara.
“Sampai usia 60 tahun, mudah untuk bekerja demi keluarga dan meraih cita-cita. Namun di tahun-tahun berikutnya, kita harus berusaha berkontribusi kepada masyarakat. Sejak usia 65 tahun, saya telah bekerja sebagai sukarelawan. Saya masih bekerja 18 jam sehari, tujuh hari seminggu, dan menikmati setiap menitnya,” ungkapnya.
Kelola Stres
Terkadang, terlalu banyak aturan dalam hidup justru bisa membuat kita stres dan kehilangan kebebasan. Menurut Hinohara, cobalah menjalani hidup dengan lebih santai dan fleksibel.
Meskipun Hinohara rutin berolahraga dan menjaga pola makan sebagai bagian dari rahasia umur panjangnya, ia menegaskan bahwa kita tidak perlu terobsesi membatasi diri secara berlebihan.
“Kita semua ingat saat masih anak-anak, ketika sedang bersenang-senang, kita bisa lupa makan atau tidur,” ujarnya sering. “Saya yakin kita bisa mempertahankan sikap itu sebagai orang dewasa. Yang terbaik adalah tidak melelahkan tubuh dengan terlalu banyak aturan.”
Temukan Inspirasi dan Kegembiraan
Menurut The New York Times, menjelang akhir hidupnya, Hinohara sudah tidak bisa makan, tetapi ia menolak menggunakan selang makanan. Ia dipulangkan dan meninggal beberapa bulan kemudian di rumahnya.
Alih-alih melawan kematian, Hinohara menemukan kedamaian di sisa hidupnya melalui seni. Ia diketahui menyukai puisi karya Robert Browning berjudul Abt Vogler.
“Ayah saya biasa membacakannya untuk saya,” kenang Hinohara. “Puisi ini mendorong kita untuk membuat karya seni yang besar, bukan sekadar coretan-coretan kecil. Dikatakan untuk mencoba menggambar lingkaran yang begitu besar sehingga kita tidak mungkin menyelesaikannya dalam hidup. Yang terlihat hanyalah sebuah lengkungan; sisanya berada di luar jangkauan penglihatan kita, tetapi tetap ada di kejauhan.”
Itulah beberapa rahasia panjang umur ala Dr. Shigeaki Hinohara, yang hidup hingga usia 105 tahun. Tertarik untuk menerapkannya?




