5 Cara Menjaga Kesehatan Anak Saat Banjir

foto/istimewa

sekilas.co – Banjir sering mengubah rutinitas keluarga secara drastis, terutama terkait kesehatan anak yang lebih rentan terganggu saat lingkungan tidak stabil. Dari akses makanan yang terbatas hingga kesulitan menjaga kebersihan, semua hal ini bisa memengaruhi kondisi fisik anak.

Meskipun situasinya tidak ideal, ada langkah-langkah sederhana yang tetap bisa diterapkan, bahkan di tempat pengungsian. Berikut beberapa cara praktis untuk menjaga kesehatan anak saat banjir:

Baca juga:

1. Menjaga asupan anak meski makanan terbatas

Perubahan pola makan saat banjir membuat anak cepat lelah dan rentan sakit. Tidak semua keluarga dapat menyediakan menu lengkap, apalagi jika terisolasi atau bergantung pada dapur umum. Dalam kondisi ini, penting untuk memastikan anak tetap makan dengan jadwal teratur.

Makanan sederhana seperti bubur, roti, atau mi instan tetap bermanfaat selama porsinya tidak berlebihan. Di posko pengungsian, pilihlah makanan yang paling aman untuk pencernaan anak. Anak biasanya lebih mudah kembung saat pola makan tidak teratur, jadi berikan porsi kecil namun lebih sering. Jika tersedia, prioritaskan buah seperti pisang atau jeruk karena mudah dicerna.

2. Mengatur kebersihan tubuh anak dengan air terbatas

Air bersih sering menjadi barang langka saat banjir, sehingga mandi bisa sulit dilakukan. Kulit anak lebih sensitif dan mudah iritasi. Bersihkan tubuh anak dengan air secukupnya menggunakan kain bersih, fokus pada leher, ketiak, lipatan tangan, dan area selangkangan dengan sabun ringan, lalu keringkan.

Jika air sangat terbatas, tisu basah tanpa parfum atau air mineral kemasan dapat membantu menjaga kebersihan dasar. Pastikan area kulit yang mudah lembap mendapat perhatian lebih untuk mencegah ruam. Ganti pakaian anak yang lembap karena hujan atau keringat secepat mungkin agar jamur tidak tumbuh.

3. Mengurangi risiko infeksi dari lingkungan tidak stabil

Lingkungan banjir menyimpan banyak bakteri dan kotoran yang bisa menimbulkan diare atau infeksi kulit. Anak biasanya sulit menahan diri untuk tidak menyentuh air banjir, jadi arahkan dengan lembut agar menjaga jarak. Bila harus melewati area kotor, gunakan alas kaki tertutup. Setelahnya, cuci tangan anak dengan sabun atau hand sanitizer.

Di posko yang padat, infeksi saluran pernapasan juga meningkat karena udara lembap dan ventilasi terbatas. Usahakan anak tetap menjauhi area yang terlalu ramai, terutama bila ada orang batuk atau flu. Jika tersedia, gunakan masker ukuran anak saat kondisi sekitar berisiko tinggi.

4. Menjaga anak tetap hangat di cuaca tidak menentu

Cuaca pasca-banjir sering berubah cepat, dari hujan deras hingga angin dingin. Tubuh anak lebih cepat kehilangan panas sehingga mudah menggigil. Lapisi pakaian anak dengan bahan kering dan ringan yang tidak menahan kelembapan. Jika selimut terbatas, pakaian kering bisa digulung sebagai lapisan tambahan.

Di posko terbuka, carilah tempat yang terlindung dari angin. Jika lantai terlalu dingin, gunakan kardus atau alas lain di bawah anak saat duduk atau tidur. Pastikan kepala dan kaki tetap tertutup untuk menjaga suhu tubuh. Cara sederhana ini membantu menurunkan risiko masuk angin atau demam yang sering muncul di tempat pengungsian.

5. Memperhatikan kesehatan mental anak

Anak mudah merasa takut ketika melihat rumah terendam atau mendengar berita banjir. Hal ini dapat membuat mereka sulit tidur, rewel, atau kehilangan nafsu makan. Beri ruang bagi anak untuk bercerita, meski hanya kalimat pendek, dan tanggapi dengan tenang agar mereka merasa aman.

Aktivitas kecil dapat membantu anak mengalihkan rasa cemas, misalnya menggambar di buku bekas, bermain tebak-tebakan, atau memeluk boneka yang dibawa dari rumah. Di posko, ajak anak bermain dengan tiga atau empat anak lain agar tetap terpantau. Dukungan emosional sederhana seperti ini membantu anak tetap stabil di tengah keadaan darurat.

Menjaga kesehatan anak saat banjir memang membutuhkan penyesuaian, tetapi langkah kecil yang konsisten dapat membuat situasi lebih terkendali. Setiap keluarga memiliki kondisi berbeda, jadi pilih cara yang paling memungkinkan tanpa menambah beban. Dari semua langkah di atas, mana yang menurutmu paling mudah diterapkan saat keadaan darurat?

Artikel Terkait